Bagian
salam damai di misa terasa ringan hari ini. Memandangi kiri-kanan, sebagian
orang Vietnam, mereka yang berambut pirang dan Filipino di Saigon Notre Dame Cathedral ini, begitu mudah bagiku untuk bilang
‘Peace be with you’. Damai Tuhan bersamamu…
Senyum
ke mereka, tanpa jabat tangan. Karena di Vietnam sebagaimana di Singapura,
kebiasaannya hanyalah menganggukkan kepala penuh hormat, tanpa jabat tangan
yang hangat. Tetapi, tak mengapa senyumku masih meriah. Sumringah. Damai
Kristus kubagikan padamu, wahai saudaraku. Mudah, karena mereka tak pernah
menyentuh hidupku. Kita hanya jumpa di sini, detik ini, hari ini. Kemudian? Aku
tak tahu. Hanya sampai di situ.
Imajinasiku
mengajakku terbang sebentar saat itu.
Kubayangkan
di sebelahku, kanan-kiriku penuh orang-orang yang pernah secara sengaja ataupun
tidak melukai hatiku. Ada Si Agus yang berubah sombong dan jadi sering menghina
teman-temannya termasuk diriku, ada Si Vitria yang sering bergosip tentang aku,
ada saudara dan kerabat yang sering menyakiti hatiku. Tiba-tiba aku terdiam…
Mampukah aku masih mengucap salam damai tanpa beban, seperti yang baru saja
kulakukan kepada orang-orang yang tak kukenal?
Masih
dalam diamku, aku berbisik kepada-Mu.
Aku
tahu, Tuhan… Aku takkan pernah mampu jalan sendiri…
Aku
butuh bantuan-Mu dan kasih-Mu untuk melakukan semuanya itu. Tetapi, sebagaimana
kusadari tak sempurnanya diriku, aku pun bisa menjadi orang yang menyakiti
orang lain, disengaja maupun tidak…
Maka,
Tuhan…
Aku
berdoa dan memohon kepada-Mu…
Semoga
kasih-Mu membalut luka hatiku. Tak kupungkiri, aku pernah bahkan sering
terluka… Tetapi, aku pun sadari, kasih-Mu tak pernah kering bagi mereka yang
selalu mencari wajah-Mu…
Seandainya
di misa hari ini ada Si Agus, Si Vitria, dan Si Oom dan Tante kerabatku yang
sering melukai hatiku…
Aku
takkan sombong dan bilang aku pasti bisa bersalam damai dengan mereka. Karena
kalau pun aku bisa, itu pasti hanya pura-pura kuat. Agar aku tak terlihat
lemah. Tetapi, hanya dengan mengandalkan kasih-Mu dan menyerahkan seluruh luka
di hatiku… Kubiarkan Engkau yang membalut lukaku, memelukku, dan membangun
kembali kekuatan itu…
Dengan
cinta-Mu…
“
Aku bersamamu, anakku…” Bisik-Mu di telingaku…
Aku
mau memaafkan mereka, Tuhan.
Walaupun
mereka sudah begitu menyakitiku….
Aku
mau sembuh di dalam-Mu…
Aku
yakin, selalu ada peluang untuk itu
bersama-Mu…
Salam
damai bagimu yang pernah menyakiti aku
(ataupun
yang pernah kusakiti, maafkan aku).
Aku
tak selalu mampu untuk bangkit dari lukaku.
Tetapi
kupercaya, selagi ada keinginan kuat
dalam hatiku
Biarkan
aku terus berusaha dan mencoba, sekaligus percaya…
Di
dalam Tuhan selalu ada harapan baru.
HCMC,
23 April 2012
-fon-
*
kesamaan nama hanyalah kebetulan dan tidak disengaja. Mohon maaf sebelumnya…J Pisss donk ahhh…J
No comments:
Post a Comment