Setelah saya menuliskan artikel yang berjudul Yesus Andalanku beberapa hari yang lalu, saya mulai membolak-balik buku kecil yang berjudul Devosi Kepada Kerahiman Ilahi karya Bapak Stefan Leks yang diterbitkan oleh Kanisius, 1993. Saya pun mulai mendoakan beberapa doa yang terdapat di dalamnya. Satu bagian yang hari ini terus terngiang di benak saya adalah ketika membaca catatan Suster Faustina berikut ini:
Pada tahun 1938, Suster Faustina mencatat:
Aku telah melihat kemuliaan ilahi yang memancar dari lukisan itu. Banyak jiwa menerima rahmat walaupun mereka tidak membicarakannya dengan lantang. Biarpun nasibnya kurang menentu, namun melalui lukisan ini Allah menerima kemuliaan, sedangkan usaha Iblis dan orang-orang jahat hancur berantakan dan sia-sia belaka. Biarpun Iblis mengamuk, kerahiman ilahi akan berjaya atas seluruh dunia dan akan dihormati oleh semua orang. (BCH/Buku Catatan Harian Suster Faustina, no.1789).
Saya perlu menjelaskan pandangan saya tentang Iblis terlebih dahulu. Jujur, topik ini bukanlah topik kegemaran saya. Saya amat jarang membicarakan soal Iblis. Yang walaupun memang saya yakini ada, namun saya juga tak hendak menghakimi bahwa Iblislah biang kerok segala sesuatu yang buruk yang terjadi di dunia ini. Sakit tidak sembuh-sembuh, karena Iblis. Tingkah laku tidak karuan, salahkanlah Iblis. Saya masih berpendapat bahwa tiap orang juga harus mengambil tanggung jawab atas perbuatan mereka. Kalau salah, ya salah. Terima dan kemudian perbaiki diri.Tidak perlu menjadikan Si Iblis sebagai kambing hitam. Mungkin pandangan ini juga bermula dari salah satu mata kuliah saya di Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) Santo Paulus, yang mendiskusikan kitab Yudas.
Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: "Kiranya Tuhan menghardik engkau!"(Yudas 1:9)
Dalam hal ini, saya tertarik dengan Mikhael, sang penghulu malaikat. Yang walaupun bertengkar dengan Iblis tidak berani menghakimi Iblis dengan menghujatnya, sebaliknya Mikhael berkata: “ Kiranya Tuhan menghardik engkau!”
Berpegang dari situ, saya tak hendak menghakimi Iblis. Biarlah Tuhan yang menghardiknya. Malaikat saja tak berani menghakimi Iblis. Sedangkan saya? Yang hanya manusia dan berdosa pula, mana berani saya menghakimi Iblis? Karena saya masih jauh dari level malaikat jadi bukanlah hak saya untuk menghakimi Iblis.
Saya tahu bahwa Iblis itu ada. Dan Iblis memang mengerjakan hal-hal yang jahat di dunia. Misalnya: pelan-pelan memasuki pikiran seseorang dan mulai meracuninya dengan pikiran-pikiran negatif. Contohnya: menyuruh bunuh diri, mengatakan diri kita tak berharga, mengatakan kita makhluk berdosa yang tidak pantas untuk menikmati kebaikan Tuhan. Mengulangi terus ketidakpantasan dan ketidaklayakan kita untuk mendapatkan hal-hal yang baik dan mengingatkan kita akan masa lalu yang kelam yang pernah jadi bagian dari hidup kita. Baiklah, anggaplah itu ‘job description’ Sang Iblis. Tapi, masalahnya, kembali lagi kepada diri kita, apa kita mau ikuti kata-kata negatif itu? Atau kita memilih untuk mengakui memang pikiran itu pernah ada, namun kita tidak mengikutinya melainkan membawa hal negatif tersebut kepada Tuhan. Sehingga bisa tergantikan dengan hal-hal positif yang berasal dari-Nya. Mengakui bahwa aku memang bersalah, memang berdosa, namun Tuhan sudah mengampuni dosa kita. Asalkan kita mau bertobat.
Iblis boleh berusaha keras merusakkan dunia. Iblis boleh dengan gigihnya berusaha memasuki pikiran manusia lewat hal-hal berbau penghakiman terutama soal dosa-dosa dan ketidaklayakan seseorang. Dan Iblis boleh mengamuk dengan ganasnya. Namun, pada akhirnya, menurut BCH Santa Faustina no.1789 di atas, kerahiman ilahi akan berjaya atas seluruh dunia dan akan dihormati oleh semua orang.
Lebih baik kita melihat rahmat dan karya Tuhan dalam hidup ini, daripada terus-terusan melihat segala sesuatu disebabkan oleh Iblis dan Iblislah yang merusakkan semuanya. Daripada main tuding sana-sini, orang lain, ataupun Iblis, lagi-lagi saya lebih suka mengambil tanggung jawab atas semua tindakan yang pernah dilakukan dan mau bertobat bila memang saya melakukan kesalahan. Dengan tidak membiarkan Iblis berlama-lama menyusupi pikiran kita, sebaiknya kita mulai lebih kuat membina iman kita dengan kedekatan relasi melalui doa yang dipanjatkan kepada-Nya. Dengan demikian kita makin percaya bahwa kerahiman ilahi pada akhirnya akan berjaya. Bukan saja di hari ini, namun untuk selama-lamanya. Tidak perlu takut ataupun ragu akan kerahiman-Nya. Akan belas kasih-Nya pada dunia ini. Seburuk apa pun kondisi dunia pada saat ini, sejelek apa pun nantinya yang akan terjadi akibat pengaruh kejahatan yang terus berkembang tanpa kendali, saya tetap percaya bahwa Tuhan Yang Maha Rahim akan tetap berjaya. Kerahimannya akan terus terbukti dan dihormati semua orang. Senang mengetahui bahwa inilah yang akan terwujud. Dan marilah kita berdoa, berdevosi, bahwa Yesuslah andalan kita satu-satunya dalam kehidupan ini. Tiada yang lain, hanya Yesus!
HCMC,
-fon-
sumber gambar:
http://www.drstandley.com/images/saints/St_FaustinaKowalska.jpg
No comments:
Post a Comment