“Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan,
maka bersedialah untuk pencobaan. Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan
jangan gelisah pada waktu yang malang .
Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad daripada-Nya, supaya engkau dijunjung
tinggi pada akhir hidupmu. Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja,
dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji didalam
api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan. Percayalah
pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah
kepadaNya.” (Sirakh 2:1-6)
Ketika membaca ayat-ayat dari Kitab Sirakh beberapa hari yang
lalu, saya sungguh merasa diperkuat untuk menghadapi segala pencobaan yang selalu
datang dan pergi dalam kehidupan ini.
Banyak kali, saya merasa tidak siap ketika pencobaan itu
datang.
Dan agaknya, kita semua pun pernah merasa begitu tidak siap,
ketika sesuatu yang mendadak-sesuatu yang kurang baik dalam pandangan
kita-terjadi dan begitu menghentakkan kita. Bahkan menghempaskan kita ke jurang
terdalam di kehidupan ini.
***
Hendaknya
kita menjadi tabah dan teguh.
Jangan
gelisah pada waktu yang malang .
Dan
terutama: berpautlah kepada Tuhan dan jangan murtad daripada-Nya.
(Hmmm, karena begitu
mudah kita berpaling dari-Nya, saat masa-masa yang tidak menyenangkan sedang
kita alami. Tak jarang, kita mempertanyakan ke-MahaKuasa-an Tuhan di saat-saat
seperti ini. Saat seolah Dia tak peduli pada keadaan kita yang tengah sekarat
dalam kesengsaraan. Begitu larut kita dalam nelangsa, sehingga melupakan
harapan yang sebetulnya selalu ada di dalam Dia).
Segala-galanya
yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan
kehinaanmu.
Ah,
yang bener, God?
Masa’
sih, saya harus terima segalanya?
Masa’
sih, saya yang hebat begini harus menerima kehinaan di hidup saya?
Pertanyaan yang mungkin muncul itu hendaknya kita telaah
lagi.
Segala hal yang menurut kita baik, belum tentu baik di
mata-Nya.
Segala hal yang kita inginkan, belum tentu yang kita
butuhkan.
Dan jika menganggap diri kita hebat, ingatkah kita akan Yesus
Kristus yang jauhhhh lebih hebat dari kita, namun bersedia menerima kehinaan
untuk mati di kayu salib bagi segenap umat manusia yang berdosa?
Sebab
emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam
kancah penghinaan.
Emas diuji dalam api dan kancah penghinaan menjadi suatu
pembelajaran luar biasa untuk tetap rendah hati dan berpegang pada
kekuatan-Nya.
Percayalah
pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah
kepada-Nya.
Ya Tuhan, kutahu tidak ada jalan lain selain percaya dan
berharap kepada-Mu.
Jalani setiap tikungan yang berliku.
Karena kutahu, kesetiaan-Mu selalu mengiringiku.
Kuatkanlah hatiku…
Ketika hidup tak memberikan kemanisan yang pernah kurasakan
di waktu lalu…
Jangan sampai kecut hatiku…
Namun, biarkan aku tetap setia menanti penggenapan rancangan-Mu
Di dalam hidupku…
24.09.2013
fon@sg