Phillip Garrido, tiba-tiba jadi naik daun di beberapa pemberitaan akhir-akhir ini, terutama berkenaan dengan pemberitaan dia menculik seorang gadis kecil di saat sang gadis berusia 11 tahun. Si gadis kecil itu bernama Jaycee Lee Dugard. Bukan hanya stop di situ, Phillip bahkan memiliki anak yang tinggal di pekarangan belakang rumahnya dari hasil melakukan kejahatan seksual kepada Jaycee.
Sebagai sesama perempuan, hati saya berseru: keterlaluan…!
Dan yang lebih membuat saya mengelus dada agar bisa lebih bersabar karena si Oom Phillip ini ternyata sering berkhotbah. Menurut info dari Associated Press yang saya baca di the Straits Times, dikatakan sebagai berikut:
They (his neighbors) described him as a religious fundamentalist who often preached from his front yard and wanted to set up his own church. Garrido boasts of his ability to ‘speak in the tongue of angels’ on a blog called voices revealed.
Yang lebih tidak tertahankan batin saya, ketika si Oom berseru bahwa dia mau mendirikan gerejanya sendiri, seorang yang fundamentalis, dan sering berkhotbah. Ditambah lagi, katanya dia membanggakan kemampuan berbicara dalam bahasa lidah bak malaikat…Dan malaikat mana yang melakukan kekejian seperti itu? Koq bisa-bisanya?
Bicara Tuhan, bicara agama, bicara ‘talenta’ atau kemampuan yang diberikan Allah, adalah hal yang biasa dan terkesan mudah. Namun, ketika masuk kepada tindakan sehari-hari, cerminan hidup itulah yang lebih mudah dilihat orang daripada sekadar omong belaka.
Sejujurnya, saya juga tidak berani menghakimi Phillip Garrido, karena saya juga tidak tahu persis apa yang melatarbelakangi kegilaan dia akan seks dan segala tindakan dia yang selalu berada pada area kejahatan seksual. Pasti ada sesuatu yang mengakibatkan dia menjadi seperti itu dan saya belum tahu. Namun, yang mengganggu hati saya adalah ketika seseorang mengatakan bahwa dia beriman, bahwa dia memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan sampai ingin membangun gerejanya sendiri, namun pada kenyataannya tak mampu mengontrol dirinya sendiri termasuk dorongan seksualnya.
Sekali lagi, saya bukan seorang dewi atau malaikat yang tanpa dosa. Saya pun memiliki banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Yang saya tahu pasti, saya hanya ingin berusaha untuk menjadi orang yang menjalankan apa yang saya imani. Memang tidak mudah, dan ada pula kecenderungan di beberapa lembaga rohani yang terlihat malah sebaliknya, semakin rohani koq tingkahnya semakin antik? Semakin sering marah dan semakin tak mampu mengontrol diri? Bukankah itu amat bertentangan dengan apa yang selalu didengung-dengungkan?
Sering kali saya kecewa juga ketika berhadapan dengan orang yang ‘tampaknya’ rohani namun kelakuannya jauh dari itu. Sampai saya sempat bertanya-tanya dalam hati, koq bisa ya di depan ngomongnya lain, kelakuannya lain pula?
Tapi, akhirnya saya mendapatkan jawaban dari seorang teman yang mengatakan bahwa itu adalah proses pemurnian. Kalau seseorang semakin rohani dan semakin menampakkan kasih Allah, artinya dia mengalami pelajaran yang sempurna. Ketika semakin rohani, orang pun semakin diproses dan ditantang sebetulnya untuk jadi makin mencirikan Kristus sendiri. Yesus sendiri. Sampai satu saat di waktu kecewa dulu, saya pikir, saya tidak mau jadi orang ‘rohani’ kalau hanya bagus di luarnya, tapi dalamnya? Maaf, bobrok…
Namun, seiring dengan proses yang ada, akhirnya saya berhasil mengatasi kekecewaan dalam diri, tidak terlalu berharap banyak pada orang lain apalagi berdasarkan level kerohanian mereka dan pada akhirnya berusaha menjadi orang yang semakin mencirikan Kristus sendiri.
Of course, itu bukan pekerjaan mudah. Banyak kekurangan saya yang juga masih terus diasah, dibenahi oleh Tuhan. Namun, saya hanya bisa berjanji dalam hati, semoga kebaikan Kristus dan cinta-Nya mengisi hati saya sehingga saya bisa lebih sabar menghadapi sekitar yang bikin frustrasi, orang-orang yang bikin be te, sekaligus orang-orang yang menyebalkan.
Memang, saya juga mengalami jatuh bangun dalam menyeimbangkan iman saya dengan perbuatan saya. Namun, saya berdoa untuk kita semua, semoga semakin hari, kita semakin indah dalam Dia, menjadi anak-anak kesayangan-Nya dan menyebarkan lebih banyak kasih Kristus ke dalam dunia yang penuh kesakitan ini.
Oom Phillip, no hard feeling ya, Oom… Cuma, pengalaman Oom bikin aku belajar, biar tidak seperti itu… Semoga kalau aku cuap-cuap tentang Allah, tentang Yesus Kristus sendiri, smoga aku gak cuman ngomong doang, tapi karena aku sungguh-sungguh mengimani dan itu bisa ditunjukkan dalam perbuatanku.
Kan kata Yakobus, Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia, kan Oom???
Peace ya, Oom.. Semoga saat-saat ini bisa bikin Oom bertobat dan kembali ke jalan yang benar….
Singapore, 31 August 2009
-fon-
* abis baca koran Strait Times dan pengen menuangkan perasaan soal Jaycee Lee Dugard dan Phillip Garrido.
No comments:
Post a Comment