Membaca sebuah blog yang berisikan tulisan seorang sahabat di dalam Kristus yang menceritakan tentang kebahagiaan dia berkomunitas dengan retret, kegiatan kumpul bersama, dan makan bersama komunitasnya, membangkitkan rasa kangen saya akan suatu komunitas.
Harus diakui, selama ini saya merasa kesepian. Karena ketika saya di Singapura, acara memang banyak, komunitas orang Indonesia pun banyak. Namun, karena kondisi yang baru melahirkan anak dan harus menjaganya sendiri tidak memungkinkan saya untuk ikut komunitas apa pun untuk kegiatan rohani. Jadi, boleh dikatakan selama 3 tahun terakhir yang rutin saya lakukan hanya misa di hari Minggu. Sambil sesekali berusaha hadir di Misa Jumat Pertama. Pernah, saya mencoba ikut suatu pertemuan suatu komunitas yang membutuhkan seorang penulis bagi acara mereka, tetapi saya yang akhirnya keteteran karena tak mampu mengikuti jadwal pertemuan yang padat. ‘Meeting’ tiap Minggu sekitar 3 jam bahkan lebih, sementara anak saya sudah menunggu di rumah dengan kondisi rewel mencari saya. Masih untung ada ibu mertua yang menjaganya, kalau tidak? Lebih sulit lagi. Banyak pasutri di Singapura yang tadinya aktif di pelayanan gereja, semakin kurang keaktifannya ketika mereka menikah dan punya anak. Karena biaya ‘baby sitter’ dan pembantu yang tinggi, menjadikan mereka kesulitan pula untuk meninggalkan rumah. Terkadang karena kesibukan demi kesibukan seperti tadi, kata komunitas menjadi sesuatu hal yang asing. Yang mungkin terasa mewah bagi mereka yang hidupnya sehari-hari jauh dari kumpul-kumpul bersama.
Sementara di Indonesia, saya bersyukur karena sempat setidaknya mengecap masa-masa indah bersama komunitas tempat saya bernaung. PDKK Ignatius Loyola di Jalan Malang, gereja yang tidak sepopuler Gereja Theresia di Menteng, namun memberikan rumah bagi saya untuk tinggal. Beberapa kali, saya pun menemukan komunitas tempat saya menjadi betah untuk tinggal bersama mereka untuk bersama-sama pula mengembangkan spiritualitas kami. Mulai dari tugas saya sebagai ‘Literature Ministry’ ketika bersama teman-teman di BPK KAJ ataupun ketika saya ikut serta ambil bagian dalam acara-acara KRK Rohani bersama teman-teman di band rohani pula. Menjadi bagian mereka dan bersama-sama melayani Tuhan, sungguh adalah waktu-waktu yang berharga bagi saya. Tiap momen menjadi berharga, I treasure every minute of it, karena di sanalah saya merasakan kasih Tuhan melalui teman-teman sekitar saya. Orang-orang yang sudah tersentuh kasih-Nya dan benar-benar berusaha dalam ketidaksempurnaan mereka, untuk menyalurkannya kepada sesama. Dan ketulusan itu menjalar. Menular. Menyusupi hati saya. Dan menebar kehangatan di sana!
Tiba-tiba malam hari ini, saya kangen sekali akan masa-masa itu. Masa di mana saya merasa gembira, merasa suka cita karena berkumpul bersama. Ketika tulisan ini saya buat, saya kembali harus menghadapi kesendirian dalam hidup di rantau, karena baru dua bulan di Vietnam. Namun, saya percaya bahwa waktu-Nya akan tiba bagi saya untuk mengecap kehidupan spiritual yang penuh warna dalam bentuk komunitas lagi. Karena saya mendengar beberapa keluarga Katolik Indonesia di sini secara rutin memiliki kegiatan beragam. Saat ini, karena di akhir tahun, saya belum menemukan mereka. Sembari menunggu seorang teman dari Indonesia juga yang akan tinggal satu apartemen dengan saya yang akan datang di bulan Januari, yang sudah menjanjikan pada saya untuk ikut bergabung dengan komunitas itu tadi. Semoga bisa terwujud! Sementara ini, saya hanya menanti waktu-Nya, sambil tetap menuliskan kebaikan-Nya. Sungguh, berjuang sendirian tidak pernah mudah. Namun, kembali saya diingatkan bahwa untuk segala sesuatu di kolong langit ini ada waktu-Nya. Tuhan akan memberikan ketika waktu-Nya tiba.
Dan bagian saya hanyalah setia dan percaya akan indahnya janji-Nya dalam hidup setiap manusia, termasuk saya. Doakan saya, ya :)
HCMC, 30 December 2009
-fon-
* terinspirasi blog seorang sahabat dalam Kristus. God bless you, Bro! Bener-bener kangen berkomunitas bersama nih, daku :)
No comments:
Post a Comment