Look at the past with gratitude, look at the future with
confidence.
(Fr. Richards A., 2nd Sunday of Advent ‘s Homily).
Ini bukan pelajaran Grammar (Tata Bahasa) dalam Bahasa Inggris, lho:)
Sekali lagi, bukannn:)
Ini bukan pelajaran Grammar (Tata Bahasa) dalam Bahasa Inggris, lho:)
Sekali lagi, bukannn:)
Namun, ketika mendengar homili dari seorang Pastor di salah satu
gereja di Singapura ketika Misa Minggu Adven yang kedua kemarin, mau tidak mau,
judul ini yang terlintas di kepala saya.
Sebagai seorang melo alias melankolis, saya sungguh tahu betapa saya suka bermain di masa lalu. Masa lalu yang indah dan menyenangkan. Yang terkadang begitu sulit untuk dilupakan...
Sebagai seorang melo alias melankolis, saya sungguh tahu betapa saya suka bermain di masa lalu. Masa lalu yang indah dan menyenangkan. Yang terkadang begitu sulit untuk dilupakan...
Juga atau bahkan terutama masa lalu yang begitu menyakitkan.
Bagian yang 'sakit' itu sering diputar entah disengaja atau tidak oleh pikiran
saya dan membuat saya senang berkubang di dalamnya. Termasuk dengan orang-
orang yang pernah begitu menyakiti saya di masa lalu itu seolah akan tetap
menyisakan luka yang begitu sulit terobati.
Saya sadar itu bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dan saya belajar untuk melangkah, keluar dari lingkaran amarah, luka dan dendam. Yang tentunya jika saya lakukan sendiri amatlah sulit terjadi (bisa jadi merupakan hal yang mustahil), tetapi hari ini saya kembali diingatkan bahwa bersama Tuhan, itu semua pasti dimampukan oleh-Nya asal saya pun menyerahkan semuanya kepada Dia.
Gemilang ataupun suramnya masa lalu kita tetaplah mempunyai sisi baik. Homili Fr. Richards hari ini membuat saya tersadarkan bahwa masa lalu jangan melulu dipandang dalam bentuk 'luka' melainkan harus tetap dipandang dalam kerangka syukur. Sebagai umat beriman kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dan itu berarti termasuk di dalamnya masa lalu yang mungkin bagi kita penuh kepahitan. Bukan berarti masa lalu itu tiada gunanya, melainkan segalanya pasti terjadi untuk sesuatu tujuan. Dan tujuan itu adalah baik di dalam pandangan-Nya.
Dengan demikian, saya menjalani hari ini dengan penuh sukacita.
Saya sadar itu bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dan saya belajar untuk melangkah, keluar dari lingkaran amarah, luka dan dendam. Yang tentunya jika saya lakukan sendiri amatlah sulit terjadi (bisa jadi merupakan hal yang mustahil), tetapi hari ini saya kembali diingatkan bahwa bersama Tuhan, itu semua pasti dimampukan oleh-Nya asal saya pun menyerahkan semuanya kepada Dia.
Gemilang ataupun suramnya masa lalu kita tetaplah mempunyai sisi baik. Homili Fr. Richards hari ini membuat saya tersadarkan bahwa masa lalu jangan melulu dipandang dalam bentuk 'luka' melainkan harus tetap dipandang dalam kerangka syukur. Sebagai umat beriman kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dan itu berarti termasuk di dalamnya masa lalu yang mungkin bagi kita penuh kepahitan. Bukan berarti masa lalu itu tiada gunanya, melainkan segalanya pasti terjadi untuk sesuatu tujuan. Dan tujuan itu adalah baik di dalam pandangan-Nya.
Dengan demikian, saya menjalani hari ini dengan penuh sukacita.
Saya percaya bahwa Tuhan sudah siapkan segala sesuatunya, bagian saya
adalah tak henti mencoba dengan pantang menyerah.
Dan mengenai masa depan kita?
Dan mengenai masa depan kita?
Di dalam iman kita kepada-Nya, kita percayakan semuanya.
Percaya bahwa masa depan kita aman di tangan-Nya, lagi-lagi tanpa
dalih untuk berhenti berusaha karena itu tidaklah bijaksana. Terus memberikan
yang terbaik itu akan menyukakan hati-Nya.
I surrender my past, present and future into Your hands, O Lord.
I surrender my past, present and future into Your hands, O Lord.
Because I believe that everything works together for good in Your
hands..
Amen.
9 Desember 2012
Amen.
9 Desember 2012
-fon-
Di sebuah café tradisional di sini, ditemani secangkir milk tea dan kaya toast di sore hari:)
still@sg
still@sg
No comments:
Post a Comment