Jadikanlah Dirimu Teladan
Laki-laki yang tua hendaklah hidup
sederhana , terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan
dalam ketekunan. 2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang
tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi
hamba anggur , tetapi cakap
mengajarkan hal-hal yang baik 2:4 dan dengan demikian mendidik
perempuan-perempuan muda
mengasihi suami dan anak-anaknya , 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya,
baik hati dan taat kepada suaminya,
agar Firman Allah
jangan dihujat orang. 2:6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah
mereka supaya mereka menguasai diri
dalam segala hal 2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu
teladan dalam
berbuat baik.
--- Titus 2:2-7
Apa reaksi kita saat
membaca ayat-ayat dari Titus di atas?
Hmmm, mungkin bervariasi.
Mungkin merasa, aduh,
berat banget ini ayat-ayat, gimana gue bisa ngejalanin semuanya itu? Koq kedengarannya
so perfect sekaleee. Mana gue sanggup?
Coba kita lihat sekali
lagi.
Buat lelaki tua, hidup
sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam
ketekunan.
Perempuan tua, jangan
memfitnah, harus hidup sebagai orang yang beribadah, dan harus cakap
mengajarkan hal-hal yang baik.
Mendidik perempuan muda
mengasihi suami dan anak-anak mereka, hidup bijaksana dan suci, dan
seterusnya….
Sungguh berbeda dengan
gambaran dunia.
Memfitnah, bergunjing,
bergosip, sudah jadi makanan sehari-hari.
Apa mungkin menjaga mulut
sekaligus hati, supaya tidak terlalu menjadi-jadi?
Agaknya merupakan hal yang
butuh perjuangan untuk melakukannya.
Dan untuk orang muda,
nasihatilah mereka supaya menguasai diri dalam segala hal.
Jadikanlah dirimu sendiri
suatu teladan dalam berbuat baik.
Ini lebih berat lagi.
Oh my Godddd, disuruh menguasai diri, dalam segala hal pula.
Apa mungkin?
Godaan zaman sekarang ‘kan begitu besar, Tuhan.
Mana sanggup???
Mungkin itu perkataan
kita.
Mungkin itu yang ada di
pikiran kita.
Salahkanlah teknologi.
Salahkanlah sosial media.
Yang konon membuat orang
semakin gampang berselingkuh, semakin mudah berselancar internet untuk mencari
situs yang berbau pornografi dan hal-hal negatif lainnya.
Namun, jika kita mau
telusuri lebih dalam lagi: apa memang itu semua yang salah? Atau lebih ke kita
yang tidak pandai memilih atau memilah?
Apakah kita yang memilih
untuk selingkuh?
Sementara pasangan dan
anak di rumah yang kena akibatnya?
Apakah internet hanya bisa
dipakai untuk ‘browsing’ hal-hal buruk?
Apa tidak bisa untuk
hal-hal baik?
Siapa atau apa yang salah?
Apa kita menyalahkan
sesuatu atau seseorang untuk kemudian berusaha lari dari tanggung jawab untuk
mengakui bahwa saya yang salah?
Saya yang salah karena
tidak memanfaatkan segala fasilitas itu untuk kebaikan.
Sosial media bisa jadi
ajang pertemanan yang positif, jadi ajang penyebaran hal-hal yang bernilai
seperti kebaikan dan ketaatan akan Tuhan.
Jika kita memilih melakukan
hal-hal yang buruk dengan itu semua, siapa yang salah?
No matter what, Alkitab dengan tegas mengajak kita untuk menjadi teladan.
Di tiap usia yang tengah
kita jalani, di tiap karya yang Tuhan percayakan kepada kita.
Di tiap tindakan di hidup
kita agar firman-Nya jangan dihujat orang gara-gara perbuatan kita.
Agar kita tidak menjadi
batu sandungan…
Dan tetap menjadi teladan
dalam hidup ini…
Jangan bilang tidak
sanggup…
Kalau dipikir-pikir,
mungkin tidak ada yang sanggup atau layak…
Tetapi, jangan terlalu dipikirin :)
Jalani saja. Do our best.
Percayakan kepada Tuhan
selanjutnya…
Mohon pengendalian diri
yang kuat, Tuhan, atas kelemahan dan kedagingan kita ini…
Biar Roh Kudus yang
memimpin kami kepada buah-buah yang indah.
Kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri
(berdasarkan Galatia
5:22-23)
Amin.
19.11.2013
fon@sg