Senin-Jumat: sibuk, lari-larian, kejar-kejaran dengan waktu.
Sabtu-Minggu: penginnya relaks, penginnya santai, kalau bisa ke mal-salon-spa-nonton-restoran bareng keluarga.
Kapan sebetulnya kita punya waktu untuk-Nya? Pertanyaan itu menyentil saya pagi ini. Terkadang kita terlalu sibuk dengan seluruh keseharian kita dan itu mengakibatkan Dia hanya mendapatkan waktu sisa. Mungkin ada alasan yang baik: anakku ‘
Setelah itu, setelah menempatkannya pada urutan ke-167 dari daftar kita atau malah lebih parah, ke-456 mungkin? Aneh ‘gak sih, kalau ada apa-apa yang tidak beres (yang tidak sesuai dengan keinginan kita), Dia lagi yang disalahkan.
“ Uh, Tuhan tidak adil!”
“ Ah, memang Tuhan pilih kasih!”
Sekarang logikanya begini: kalau kita kerjanya santai alias bermalas-malasan, kalau kita tak pernah mau kerja dengan baik di kantor, kalau kita maunya cuti melulu tapi mau dapat promosi dan bonus. Apa mungkin?
Tentunya Tuhan mengasihi kita semua manusia. Matahari, udara, angin, pelangi, seisi alam ini, dia persembahkan bagi semua manusia. Tak peduli baik atau jahat semua bisa menikmati hasil karya-Nya. Tetapi, tentunya Dia amat rindu kita pun berdoa, mencari wajah-Nya, bercakap-cakap dengan-Nya.
Sering kali, kita menempatkan Dia di urutan tak penting. Berdoa kepada-Nya ketika kepepet, ketika berbeban berat dan bermasalah. Kita kerap kali memberikan-Nya waktu sisa. Bukan yang utama. Herannya, kita mengharapkan hasil yang melimpah. Aneh ‘gak, sih?
Mungkin ada juga dari Anda yang bertanya: setelah menempatkan-Nya di atas segalanya, mengapa juga masih hidupku sulit juga? Mengapa tak jua kulihat titik terang dari seluruh hasil usahaku? Betulkah Anda sudah menempatkan Dia sebagai yang utama? Kalau iya, itu berarti iman Anda yang dibutuhkan untuk tetap percaya dan melihat seluruh penyelenggaraan-Nya dalam hidup Anda. Iman berarti tetap percaya pada-Nya walau kita belum melihat sesuatu apa pun saat ini. Percaya kalau Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita asal kita tetap menempatkan diri-Nya di tempat pertama.
Sorry, God! Kalau seringnya aku sibuk dulu dengan urusanku dan duniaku, baru menyisakan waktu (kalaupun itu masih ada) untuk-Mu. Padahal aku tahu seharusnya aku mencari-Mu terlebih dahulu, barulah segalanya akan ditambahkan kepadaku.
Selagi masih ada waktu, mari sama-sama kita benahi diri. Kalau Anda yang sudah selalu menempatkan prioritas diri-Nya di atas segalanya, ‘congrats!’ Bagi mereka yang belum melakukan itu, semoga kita tersadarkan hari ini. Dia berhak dapat waktu kita yang utama, Dia berhak untuk kita ajak bicara dari hati ke hati senantiasa. Dia berhak mendapatkan itu semua. Maukah kita memberikan diri, mempercayakan semua harapan dan impian kepada-Nya?
Sehingga tidak terjadi: ‘ngasih’ sisa, ‘koq’ berharap hasil melimpah?
Ajarku terus tersadarkan: Engkaulah prioritasku. Setelah itu biarkan aku menyebarkan kasih-Mu ke dunia ini melalui keluargaku, sobatku, dan orang-orang yang mengenalku. Amin.
HCMC, 19 Mei 2010
-fon-
Sumber gambar: