Christmas isn't Christmas 'till it happens in your heart.
Somewhere, deep inside you, is where Christmas really starts
So, give your heart to Jesus, you’ll discover when you do
That’s it Christmas, really Christmas for you.
Jesus brings warmth like a winter fire, a light like a candle’s glow
He’s waiting now to come inside, like He did so long ago
Jesus brings gifts of truth and life and makes them bloom and grow
So welcome Him with a song of joy, and when He comes you’ll know….
That Christmas isn’t Christmas ‘til it happens in your heart
Somewhere, deep inside you, is where Christmas really starts
So, give your heart to Jesus, you’ll discover when you do
That’s it Christmas, really Christmas
Christmas, really Christmas
Christmas, really Christmas for you
(lyrics Christmas Isn't Christmas)
National University of Singapore-Cultural Hall, 2 November 2013.
It was our daughter's graduation day.
So blessed to witness a chapter in her life. She's just graduated from her Kindergarten.
Getting ready to welcome her further mile in this life.
This song was there.
Filling my heart with gladness, joy, and also realizing the fact that really, it's our heart that we need to prepare while welcoming Christmas.
It's not easy to do so. I know it for sure:)
Singapore is just so gorgeously decorated- full of festive atmosphere.
Along Orchard Road, it's just very beautiful. Full of Christmas' ornaments whether inside or outside the malls. Along the road. Everywhere:)
Inside malls and supermarkets, all festive goods are sold.
I remembered Ho Chi Minh City for a glance...
It's also busy preparing Christmas in its own way.
Simple, but yet full of warmth...
Christmas nowadays are so identical with parties, festivities, holidays, which are dragging us further from the essence of Christmas itself.
19th of December 2013.
6 days before Christmas.
Many things inside my heart.
Many things on my mind.
Wondering. Pondering. Reflecting.
Apart of so many festivities atmosphere, will I still be able to prepare my heart in welcoming Christ?
I know I should, but yet I know that's not an easy thing to do.
I need to do my very best for that...
Realizing that Christmas will never be complete, will never be at its fullness, without preparing my heart for Christ.
Embracing Him with all the love that I've got.
For God so loved the world that He gave His only Son, Jesus Christ.
I'm grateful for that.
For Christ who was born for us.
He came to save us.
He even wanted to share our feelings as human...
He's true God and true man.
I can't express my thoughts in words now...
I'm amazed.
In an awe...
For knowing that He's there to help us.
To love us.
To forgive us...
As Catholics prepare themselves these weeks as Advent weeks.
Let's prepare our heart as well.
That's the main and important essence of Christmas...
Because Christmas isn't Christmas, 'till it happens in our heart.
Hopefully, all the festivity doesn't overwhelmed us too much.
Hopefully, we still put Jesus Christ as the main centre of the celebration.
Welcoming Him to this world, welcoming Him in our hearts.
19.12.2013
fon@sg
my writings especially dedicated for Jesus. For His goodness and never ending kindness in my life.
Wednesday, December 18, 2013
Friday, December 13, 2013
Give Us A Grateful Heart, Oh Lord…
It’s been my second time
visiting this hospital within the week.
I’ve been to Mount Elizabeth
Hospital in city central, not far from
the beautiful and prestigious Orchard
Road area in Singapore .
There I was, looking at so
many people with so many sicknesses that we couldn’t have ever imagined.
I visited one of my dear
friend from Indonesia
who had a surgery there.
While going to her ward, I
heard some people speaking my own language.
So many Indonesians around
here.
And while at the same
time, I realized that there are so many people who are currently helpless with
their situation.
Some of them were sitting
hopelessly.
Wondering.
In pain.
Walking so slowly, maybe
after some surgeries.
Having those experiences,
made me realized that: how we (read: I) frequently take things for granted.
It’s so hard for me to
stay thankful.
I always want more.
Sometimes, the feeling of
competition is running fast…
So seldom I could be
thankful for what I've got.
Health is a blessing.
Being able to spend time
with our loved ones, even only for simple things such as watching TV together,
having a meal together, having a walk in the park together, or even praying together is such a wonderful thing.
Again, it’s simple thing
that counts…
Condition can deteriorate
very fast, but we should treasure what we have at this moment.
Thanking God for His
guidance.
Thanking Him for every
single blessing in our life.
Here I am, Lord…
Calling on You…
Kneeling down on prayers
to You…
Please give us a grateful
heart…
Please give us a heart
that’s full of thanksgiving…
We don’t need many things
as we always want…
If only we could be
thankful for simple things, then we realize that life indeed is beautiful in
its simplicity.
Thanks for the breath of
life, God…
Thanks for wonderful time
we’ve had…
Thanks for the problems as
well, as they make us stronger.
Thank You, Lord.
Thank You for everything.
04.12.2013
fon@sg
Labels:
grateful heart,
take things as a granted,
thankful
Monday, November 18, 2013
Jadikanlah Dirimu Teladan
Jadikanlah Dirimu Teladan
Laki-laki yang tua hendaklah hidup
sederhana , terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan
dalam ketekunan. 2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang
tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi
hamba anggur , tetapi cakap
mengajarkan hal-hal yang baik 2:4 dan dengan demikian mendidik
perempuan-perempuan muda
mengasihi suami dan anak-anaknya , 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya,
baik hati dan taat kepada suaminya,
agar Firman Allah
jangan dihujat orang. 2:6 Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah
mereka supaya mereka menguasai diri
dalam segala hal 2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu
teladan dalam
berbuat baik.
--- Titus 2:2-7
Apa reaksi kita saat
membaca ayat-ayat dari Titus di atas?
Hmmm, mungkin bervariasi.
Mungkin merasa, aduh,
berat banget ini ayat-ayat, gimana gue bisa ngejalanin semuanya itu? Koq kedengarannya
so perfect sekaleee. Mana gue sanggup?
Coba kita lihat sekali
lagi.
Buat lelaki tua, hidup
sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam
ketekunan.
Perempuan tua, jangan
memfitnah, harus hidup sebagai orang yang beribadah, dan harus cakap
mengajarkan hal-hal yang baik.
Mendidik perempuan muda
mengasihi suami dan anak-anak mereka, hidup bijaksana dan suci, dan
seterusnya….
Sungguh berbeda dengan
gambaran dunia.
Memfitnah, bergunjing,
bergosip, sudah jadi makanan sehari-hari.
Apa mungkin menjaga mulut
sekaligus hati, supaya tidak terlalu menjadi-jadi?
Agaknya merupakan hal yang
butuh perjuangan untuk melakukannya.
Dan untuk orang muda,
nasihatilah mereka supaya menguasai diri dalam segala hal.
Jadikanlah dirimu sendiri
suatu teladan dalam berbuat baik.
Ini lebih berat lagi.
Oh my Godddd, disuruh menguasai diri, dalam segala hal pula.
Apa mungkin?
Godaan zaman sekarang ‘kan begitu besar, Tuhan.
Mana sanggup???
Mungkin itu perkataan
kita.
Mungkin itu yang ada di
pikiran kita.
Salahkanlah teknologi.
Salahkanlah sosial media.
Yang konon membuat orang
semakin gampang berselingkuh, semakin mudah berselancar internet untuk mencari
situs yang berbau pornografi dan hal-hal negatif lainnya.
Namun, jika kita mau
telusuri lebih dalam lagi: apa memang itu semua yang salah? Atau lebih ke kita
yang tidak pandai memilih atau memilah?
Apakah kita yang memilih
untuk selingkuh?
Sementara pasangan dan
anak di rumah yang kena akibatnya?
Apakah internet hanya bisa
dipakai untuk ‘browsing’ hal-hal buruk?
Apa tidak bisa untuk
hal-hal baik?
Siapa atau apa yang salah?
Apa kita menyalahkan
sesuatu atau seseorang untuk kemudian berusaha lari dari tanggung jawab untuk
mengakui bahwa saya yang salah?
Saya yang salah karena
tidak memanfaatkan segala fasilitas itu untuk kebaikan.
Sosial media bisa jadi
ajang pertemanan yang positif, jadi ajang penyebaran hal-hal yang bernilai
seperti kebaikan dan ketaatan akan Tuhan.
Jika kita memilih melakukan
hal-hal yang buruk dengan itu semua, siapa yang salah?
No matter what, Alkitab dengan tegas mengajak kita untuk menjadi teladan.
Di tiap usia yang tengah
kita jalani, di tiap karya yang Tuhan percayakan kepada kita.
Di tiap tindakan di hidup
kita agar firman-Nya jangan dihujat orang gara-gara perbuatan kita.
Agar kita tidak menjadi
batu sandungan…
Dan tetap menjadi teladan
dalam hidup ini…
Jangan bilang tidak
sanggup…
Kalau dipikir-pikir,
mungkin tidak ada yang sanggup atau layak…
Tetapi, jangan terlalu dipikirin :)
Jalani saja. Do our best.
Percayakan kepada Tuhan
selanjutnya…
Mohon pengendalian diri
yang kuat, Tuhan, atas kelemahan dan kedagingan kita ini…
Biar Roh Kudus yang
memimpin kami kepada buah-buah yang indah.
Kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri
(berdasarkan Galatia
5:22-23)
Amin.
19.11.2013
fon@sg
Tuesday, October 29, 2013
Meninggalkan Zona Nyaman Bersama Tuhan
Kita semua agaknya punya ‘comfort zone’- zona nyaman.
Mungkin itu suatu tempat yang begitu melekat dengan kita.
Mungkin itu pekerjaan kita…
Mungkin itu persahabatan yang begitu dekat dan erat…
Mungkin itu apa saja…
Sesuatu yang membuat kita terbiasa dan nyaman…
Saya pernah memiliki itu semua ketika saya berada di Jakarta .
Saya seolah punya semua yang saya inginkan.
Pekerjaan yang baik, persahabatan yang erat, pelayanan di ladang Tuhan yang sesuai dengan talenta yang dititipkan-Nya…
Pekerjaan yang baik, persahabatan yang erat, pelayanan di ladang Tuhan yang sesuai dengan talenta yang dititipkan-Nya…
Keluarga, kegiatan harian yang menyenangkan di mana saya bisa olahraga
secara teratur…
Seolah semuanya sangat menyenangkan dan saya menikmati itu semua…
Namun hidup tidak berhenti di titik itu saja…
Hidup selalu bergerak, dinamis…
Perubahan adalah bagian dari hidup yang tak terhindarkan…
Lalu, datanglah perubahan itu bagi saya.
Ketika saya harus pindah dari Jakarta .
Meninggalkan bumi pertiwi Indonesia saat saya harus ikut
suami yang dipindah-tugaskan…
Dunia saya?
Berantakan.
Berantakan.
Porak-poranda.
Kacau-balau…
Pertama-tama, seolah saya menikmati perubahan itu, namun ternyata,
perubahan yang sangat bertubi-tubi tidak siap saya terima saat itu juga…
Kehamilan, kehadiran seorang bayi yang lucu namun ternyata mengasuh
sendiri bukan pekerjaan gampang. Ketiadaan pekerjaan, jauh dari sahabat, dan
belum terbiasa tinggal di negeri baru walaupun itu bukan suatu negara yang
jauh, membuat saya ternyata merindukan ‘comfort zone’ saya…
Seolah semua kenyamanan itu ditarik dari saya, tanpa saya sempat
bereaksi.
Tanpa saya bisa.
Karena perubahan itu begitu cepat terjadi…
Saya pun menjadi lupa, bahwa itu semua adalah titipan-Nya.
Mudah bagi saya untuk berucap semua adalah titipan Tuhan saat segala hal
berlangsung normal dan biasa…
Namun, ketika semua berubah, saya pun seolah lupa bahwa itu semua hanya
karena anugerah-Nya.
Perlahan, saya pun kembali belajar…
Bahwa itulah hidup…
Hidup bisa membawa kita ke mana saja…
Bahkan ke tempat atau keadaan yang tak pernah kita bisa prediksi
sebelumnya.
Namun, saya pun belajar bahwa di dalam Tuhan, meninggalkan zona nyaman
berarti mempercayakan hidup saya ke dalam penyelenggaraan-Nya.
Percaya bahwa ini semua akan baik adanya…
Percaya bahwa segenap perubahan yang terjadi ini adalah baik bagi
perkembangan kedewasaan iman saya di kemudian hari…
Percaya, bahwa perubahan ataupun kondisi yang seolah tidak ‘pro’ pada
saya, tidak menguntungkan saya bahkan terasa mengecilkan diri saya, memiliki
tujuan dalam rencana-Nya…
Lalu, saya menemukan kegiatan baru.
Karena kondisi kehamilan kurang baik, saya seolah dipaksa keadaan untuk
tinggal di rumah.
Dari terbiasa aktif, jujur, itu merupakan siksaan bagi saya.
Namun, apa daya, demi Sang Bayi saya harus melakukannya juga.
Di rumah di Singapura, saya mulai menemukan ‘pelampiasan’ baru yang
sudah saya mulai sebelumnya.
Saya mulai menulis lebih intens.
Dari situlah cikal-bakal seluruh blog yang sekarang ada.
Juga seluruh dunia tulis-menulis yang dipercayakan-Nya kepada saya.
Saya belajar, bahwa segala hal bukanlah milik saya.
Itu hanya perkenanan Tuhan yang begitu baik menganugerahkannya pada
saya.
Saya hanya bisa mensyukuri tiap detiknya dan belajar untuk tidak terlalu
melekat pada segala sesuatunya.
Belajar dan terus belajar.
Bahwa perubahan adalah pasti.
Namun, menyertakan Tuhan di dalam segala episode kehidupan akan membuat
kita berani menghadapi segalanya bersama-Nya.
Dari satu negara pindah ke negara berikutnya.
Dan kini, kembali ke negeri di mana awal saya merantau dari Jakarta .
Di sini, di Singapura, saya berusaha menjalani hidup sebaik yang saya
bisa.
Terus berusaha menjadi terang-Nya…
Walau tak jarang perasaan-perasaan negatif pernah menyapa.
Kekecewaan, kesepian, rasa sendirian, mungkin juga bagian dari luka-luka
di masa lalu yang kembali muncul.
Namun, kembali kasih-Nya menyadarkan saya bahwa Dia selalu ada…
Tak perlu terlalu tergantung pada apa pun atau siapa pun…
Hanya dengan berpegang kepada Tuhan, kita akan temukan kekuatan dalam
menjalani kehidupan ini…
Perjuangan Anda dan saya mungkin berbeda…
Namun, kita sama-sama berjuang dalam hidup yang Tuhan percayakan bagi
kita…
Mari, berjuang dan menjalani kehidupan dengan sungguh…
Sepenuhnya mempercayakan hidup kita kepada Yang Kuasa…
Ke mana pun Dia menempatkan kita, ke mana pun Dia mengutus kita, Dia
pasti akan memberikan kekuatan.
Dia pasti akan menyertai kita.
Sekarang dan selamanya.
Bukankah telah
Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN,
Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.
--- Yosua 1:9
29.10.2013
fon@sg
Monday, September 23, 2013
Berpautlah Kepada Tuhan
“Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan,
maka bersedialah untuk pencobaan. Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan
jangan gelisah pada waktu yang malang .
Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad daripada-Nya, supaya engkau dijunjung
tinggi pada akhir hidupmu. Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja,
dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji didalam
api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan. Percayalah
pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah
kepadaNya.” (Sirakh 2:1-6)
Ketika membaca ayat-ayat dari Kitab Sirakh beberapa hari yang
lalu, saya sungguh merasa diperkuat untuk menghadapi segala pencobaan yang selalu
datang dan pergi dalam kehidupan ini.
Banyak kali, saya merasa tidak siap ketika pencobaan itu
datang.
Dan agaknya, kita semua pun pernah merasa begitu tidak siap,
ketika sesuatu yang mendadak-sesuatu yang kurang baik dalam pandangan
kita-terjadi dan begitu menghentakkan kita. Bahkan menghempaskan kita ke jurang
terdalam di kehidupan ini.
***
Hendaknya
kita menjadi tabah dan teguh.
Jangan
gelisah pada waktu yang malang .
Dan
terutama: berpautlah kepada Tuhan dan jangan murtad daripada-Nya.
(Hmmm, karena begitu
mudah kita berpaling dari-Nya, saat masa-masa yang tidak menyenangkan sedang
kita alami. Tak jarang, kita mempertanyakan ke-MahaKuasa-an Tuhan di saat-saat
seperti ini. Saat seolah Dia tak peduli pada keadaan kita yang tengah sekarat
dalam kesengsaraan. Begitu larut kita dalam nelangsa, sehingga melupakan
harapan yang sebetulnya selalu ada di dalam Dia).
Segala-galanya
yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan
kehinaanmu.
Ah,
yang bener, God?
Masa’
sih, saya harus terima segalanya?
Masa’
sih, saya yang hebat begini harus menerima kehinaan di hidup saya?
Pertanyaan yang mungkin muncul itu hendaknya kita telaah
lagi.
Segala hal yang menurut kita baik, belum tentu baik di
mata-Nya.
Segala hal yang kita inginkan, belum tentu yang kita
butuhkan.
Dan jika menganggap diri kita hebat, ingatkah kita akan Yesus
Kristus yang jauhhhh lebih hebat dari kita, namun bersedia menerima kehinaan
untuk mati di kayu salib bagi segenap umat manusia yang berdosa?
Sebab
emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam
kancah penghinaan.
Emas diuji dalam api dan kancah penghinaan menjadi suatu
pembelajaran luar biasa untuk tetap rendah hati dan berpegang pada
kekuatan-Nya.
Percayalah
pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah
kepada-Nya.
Ya Tuhan, kutahu tidak ada jalan lain selain percaya dan
berharap kepada-Mu.
Jalani setiap tikungan yang berliku.
Karena kutahu, kesetiaan-Mu selalu mengiringiku.
Kuatkanlah hatiku…
Ketika hidup tak memberikan kemanisan yang pernah kurasakan
di waktu lalu…
Jangan sampai kecut hatiku…
Namun, biarkan aku tetap setia menanti penggenapan rancangan-Mu
Di dalam hidupku…
24.09.2013
fon@sg
Labels:
berpaut kepada Tuhan,
introspeksi,
refleksi,
Sirakh 2:1-6
Saturday, August 31, 2013
Hina
Pernah
dipandang orang lain dengan tatapan ‘menghina’ -dari ujung rambut sampai ujung
kaki- yang bikin tidak enak hati alias risih?
Hmmm, saya pernah…
Pernah
pula memandang orang lain yang dianggap kurang se-level atau tidak sehebat Anda
dengan pandangan mengecilkan mereka?
Jujurnya
saat introspeksi diri, walaupun berusaha keras untuk mengurangi hal itu,
ternyata aku pun pernah melakukannya…
Ketika
orang lain menganggap kita kecil, rasa apa yang timbul?
Tak
berharga. Sendirian. Kesepian.
Tak
diperhitungkan. Dikucilkan.
Tak
ada perhatian.
Lalu
muncul tindakan pengecilan terhadap diri sendiri…
Lalu
mungkin pula muncul pertanyaan dalam hati:
“
Apakah hidupku ini sungguh berarti?”
Jika
tidak, untuk apa aku hidup di dunia ini…
Bercampur
frustrasi, terkadang beberapa orang yang depresi …
Mengambil
jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri…
Ah,
haruskah setragis ini???
***
Di
dalam doaku yang kupanjatkan kepada-Mu, Tuhanku…
Suara
itu masuk dan memenuhi hatiku…
“Engkau
anak-Ku… Aku menerimamu apa adanya…”
Perlahan,
damai itu menyelimuti hatiku…
Ah,
Tuhan saja tak pernah mengganggapku hina, mengapa aku harus menganggap diriku
tak berharga hanya karena segelintir orang yang tak menganggapku se-level
dengan mereka?
Hidup
terlalu berharga daripada mempermasalahkan orang-orang yang menganggapmu remeh
dan tak berharga…
Dan…
Tak
jarang, aku pun menganggap orang lain rendah dan hina.
Rasanya
bahagia menemukan cacat-cela dari orang-orang di sekitar kita…
Sampai
selebriti di nusantara, Asia , atau dunia…
Entah,
rasanya asyik saja…
Tetapi…
Jika
aku yang dihina, dicerca, dan dicela….
Betapa
sakit rasanya…
Hancur
hati seketika…
Teringat
kembali pepatah lama…
Jangan
lakukan jika itu tak menyenangkan bagi orang lain…
Karena
jika itu terjadi padamu, kausendiri takkan suka…
Hmmm…
Kita
tidak pernah jadi manusia hina karena Tuhan sungguh inginkan hadirnya kita di
dunia…
Hidup
terlalu berharga untuk mencela dan berduka
Atas
keberadaan diri kita di alam semesta…
Jika
perbedaan itu bisa jadi ajang hina-menghina paling juara…
Aku
juga bisa memandang orang lain hina ketika mereka melakukan yang berbeda…
Ah,
tapi, apa untungnya menjadi sama seperti mereka?
Mana
kasih Allah yang seharusnya menuntunku senantiasa?
Biarkan
kelembutan-Nya hapuskan dendam yang membara….
Tuhan,
jauhkanlah aku dari penghakiman itu…
Bahwa
orang lain lebih hina dariku…
Aku
pun takkan suka menanggung hinaan itu…
Jika
itu terjadi pada diriku…
Tuhan,
aku begitu membutuhkan-Mu…
Untuk
membimbingku selalu…
Siramilah
hatiku dengan kasih-Mu itu…
Sehingga
aku mampu
Mengasihi
diriku dan sesamaku…
‘kan terus kutanamkan kesadaran
betapa berharganya aku…
Takkan
kubiarkan rasa hina membelenggu…
Dan
aku pun belajar untuk tak memandang hina sesamaku…
Tuhan,
kumohon pimpinan-Mu…
31.08.2013
fon@sg
*Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka
Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti
nyawamu.
--- Yesaya 43:4
Labels:
berharga di mata Allah,
dihina,
hina,
introspeksi,
menghina,
motivasi,
Yesaya 43:4
Saturday, August 17, 2013
Romo Yance Laka, This is For You…
Pertemanan di dunia maya
yang tercipta bagiku, kupercayai atas perkenanan Yang Kuasa.
Beberapa sahabat bahkan
jadi dekat, padahal tak pernah bertemu.
Tulisan ini mungkin agak
aneh, kubuat bagi seseorang yang tak pernah jumpa denganku tetapi pernah
beberapa kali berkontak via e-mail dan Facebook…
Namun, dari situ pun kita
bisa merasakan, seperti apa orang yang bersangkutan…
Pertemanan di dunia maya
agaknya cukup mirip dengan pertemanan di dunia nyata…
Dan kupersembahkan tulisan
ini bagi Romo Yance Laka, Pr (Romo Yohanes Senda Laka, Pr).
This is for you…
6 Agustus 2013
E-mail yang mengejutkan
kuterima dari milis yang kuikuti.
Dr. Irene dari milis KBKK
mengabarkan kabar duka.
Romo Yance Laka dari
Atambua sudah berpulang.
Agak aneh rasanya ketika
menerima berita itu.
Aku membatin, bukankah
Romo Yance masih muda?
Pikiran yang datang
sesudahnya, kenapa ya, sampai beliau meninggalkan dunia? Apa sakit atau apa?
Lalu kumenuju ke Facebook, sudah banyak ucapan untuk
beliau di wall Facebook-nya…
Semua bernada duka, tak
percaya, dan satu per satu komentar yang kubaca di sana semua sungguh menyayangkan kepergian
beliau yang begitu cepat walaupun tak pernah bisa menentang kehendak Yang
Kuasa.
Semua merasa begitu
kehilangan dirinya.
Dengan keterkejutan yang
tersisa, aku mulai membuka kembali lembaran demi lembaran surat elektronik yang menjadikan kami sahabat
di dunia maya…
Pertengahan tahun 2010
Romo Yance mengawali
kontaknya via e-mail dan mengomentari salah satu tulisanku yang berjudul A House Is Not A Home. Beliau
menambahkan komentar yang mendalam atas apa yang sudah kutuliskan disertai
undangan yang ramah untuk kapan-kapan berkunjung ke tempat beliau di Atambua
untuk mengadakan semacam seminar atau ‘workshop’ seputar tulis-menulis bagi
anak didik ataupun bagi yang membutuhkan di sana.
Sungguh, saat itu aku
merasakan ketulusannya.
Aku sebenarnya sungguh
ingin ke sana …
Namun, kondisi anak yang
masih balita ditambah kehamilan kedua yang sedang kujalani membuat aku sungguh
tidak dapat berbuat apa-apa untuk memenuhi undangan itu.
Dalam lubuk hati, masih
tersimpan keinginan itu.
Suatu saat nanti. Siapa tahu….
Suatu saat nanti. Siapa tahu….
Kontak demi kontak
berikutnya menjadikanku semakin mengerti, Romo ini sungguh seorang yang peduli.
Peduli pada siapa saja
yang berkeinginan untuk maju, mencarikan jalannya, mau bersusah-payah mengontak
mereka, asal keinginan baik dari anak didiknya tercapai.
Beliau mengontakku untuk
mengedit kumpulan tulisan berupa puisi yang ingin dijadikan buku oleh seorang
anak didiknya. Beliau sungguh ‘supportive’ dan bersedia mengontak beberapa
penulis yang beliau kenal untuk mendukung niatan baik ini…
Aku pun menyetujuinya dan
melakukan ‘editing’ yang dianggap perlu.
Aku merasakan beliau
memang seorang yang baik dan ‘care’.
9 Agustus 2013
He is not a conglomerate, he is not a celebrity, and he is
not a political figure, but 286 priests and almost 5000 people came to his
funeral Mass with tears. How do you think he lived his life?
Good bye Fr. Yance Laka... ( dari status seorang sahabat, Riko Ariefano).
Good bye Fr. Yance Laka... ( dari status seorang sahabat, Riko Ariefano).
Kita tak pernah tahu seberapa berharganya diri kita, mungkin
sampai saat terakhir kita meninggalkan hidup ini.
Kita takkan tahu, bahkan tak pernah tahu…
Tetapi, oranglah yang akan menilai…
Sebagaimana gajah yang mati meninggalkan gading, harimau mati
meninggalkan belang, demikianlah manusia pada akhir hidupnya…
Wall
Facebook Romo Yance Laka berbicara banyak.
Setiap mampir ke sana
selama masa-masa awal berpulangnya beliau, air mataku masih menetes.
Sungguh, beliau orang yang luar biasa.
Sebagaimana yang ditulis dan ingin beliau tuliskan di
makamnya.
He’s a
great priest with a big heart!
Sungguh benar seperti yang Riko tuliskan.
Romo Yance bukanlah seorang konglomerat, bukan pula seorang
selebriti, dan dia bukan tokoh politik. Tetapi, yang menghadiri misa
pemakamannya membludak! 286 Romo dan 5000 orang yang datang dan semua menangis.
Sungguh luar biasa teladan hidupnya bagi kita semua…
How do you think he lived his life? Tanya
Riko…
And how should we live our life??? (lanjutku
dalam hati…)
Jika hidup hanya sekali, bagaimanakah seharusnya kita hidup?
Apakah kita sudah hidup dan menampakkan kasih Tuhan pada
orang-orang yang kita temui di sekitar kita?
Dan Romo Yance sudah menyelesaikan pertandingannya dengan
hebat (I have to say…).
He has
lived his life amazingly. Wonderfully. Greatly…
He’s
fighting his battle of life with all his heart…
Terima kasih, Romo untuk teladan hidupmu.
Inspirasimu.
Membuatku dan setiap orang yang membaca dinding Facebook-mu…
Apalagi mereka yang sudah tersentuh sedemikan rupa karena
begitu dekat denganmu, merasakan kebaikan Tuhan yang luar biasa melalui engkau…
Dan betapa hidup yang sudah pernah tersentuh kasih itu tak
pernah lagi sama…
Aku bersyukur mengenalmu…
Epilog…
Hidup itu singkat.
Sementara.
Dan bagaimana kita seharusnya melangkah dalam hidup ini
terkadang kita pun ragu sendiri…
Tetapi, beberapa orang bahkan menjadi inspirasi…
Bahwa hidup dan panggilan yang dijalani sepenuh hati dalam
kasih Kristus akan menghasilkan buah-buah yang tak tanggung-tanggung…
Yang begitu terasa kehilangannya jika yang bersangkutan itu
harus pergi.
Apalagi sampai selamanya ke Rumah Bapa…
We
thank you, Fr.Yance Laka.
Terima
kasih karena teladan hidupmu. Karena kebaikanmu.
Membuatku
terinspirasi untuk memberikan yang terbaik dalam hidup ini…
Bukan
untuk siapa-siapa…
Hanya
untuk memuliakan nama Yesus semata.
You’ll surely be missed…
But we know that life goes on…
And from above, you’re watching all of us with your great
smile.
This is for you, Romo Yance…
Seorang sahabat di dalam Kristus.
Au
Revoir, Romo…
‘Till
we meet again.
Singapura, di hari Merdeka, 17.08.2013
fon@sg
Saturday, July 13, 2013
Tuhan, Kasihanilah…
Saat begitu banyak hal
terjadi, jauh dari apa yang kumengerti…
Aku hanya berucap
Tuhan, kasihanilah…
Saat begitu banyak
kekecewaan yang terjadi, bahkan bertubi-tubi…
Aku membawa segalanya ke
hadirat-Mu
Tuhan, kasihanilah…
Saat aku kehabisan
kata-kata kala berdoa…
Dan hanya kesesakan
bercampur tangisan yang ada di sana …
Tuhan, kasihanilah…
Saat beribu ketidakpastian
ada di depan mata…
Saat kegagalan lagi-lagi
menyapa…
Tuhan, kasihanilah…
Saat luka-luka lama
kembali menganga…
Dendam berkuasa membakar
di dada…
Tuhan, kasihanilah…
Saat keperihan demi
keperihan kulalui…
Bersama rasa sepi dan
kesendirian di hati…
Tuhan, kasihanilah…
Saat hati begitu risau…
Galau…
Tuhan, kasihanilah…
Saat iri hati dan dengki
mencoba menghampiri…
Ditambah lagi keegoisan
diri…
Tuhan, kasihanilah…
Saat begitu banyak orang
yang mencari cara untuk lari dari janji suci…
Ikrar setia sampai mati
dalam mahligai pernikahan sejati…
Tuhan, kasihanilah…
Betapa kami adalah makhluk
yang lemah dan tak sempurna…
Tetapi, itu bukan alasan
untuk tidak setia…
Kusadari, Tuhan…
Tanpa-Mu, kami bukan
siapa-siapa…
Bersama-Mu kuyakin kami
bisa lewati semua…
Biarkan harapan itu
menyala…
Iman itu meraja…
Dan rasa damai kembali
singgah dengan indahnya..
9 Juli 2013
fon@sg
* in silent prayer, Lord have mercy. Christ have mercy.
Labels:
doa,
harapan,
introspeksi,
Tuhan kasihanilah
Sunday, June 30, 2013
Mendengar Suara-Mu
Di hadirat-Mu, kubersujud menikmati kehadiran-Mu Kubuka hati saat ini 'tuk mendengar suara-Mu Reff: Firman-Mu Tuhan ya sungguh benar menerangi jalanku Firman-Mu Tuhan membentuk hidupku Kubersyukur pada-Mu
(lirik lagu: Mendengar Suara-Mu)
Lagu itu bergema merdu di ruangan auditorium Blessed Sacrament Church hari ini. Saat kuhadiri misa minggu sore. Misa berbahasa Indonesia .
Sungguh membangkitkan kenangan lama akan lagu-lagu rohani semacam ini.
Suddenly, a sentimental feeling fills my heart…
Sepertinya air mata sudah ingin turun, tetapi entah mengapa mengurungkan niatnya.
Keharuan sungguh menyelimuti hatiku.
Begitu rinduku, Tuhan, akan saat-saat itu…
Bersekutu, memuji dan memuliakan nama-Mu…
Begitu indah, begitu hening, begitu mulia-Nya Engkau..
Kurasakan pula begitu dekatnya Engkau di hati…
Setelah sekian lama aku tak lagi memiliki waktu untuk ikut aktif di kegiatan-kegiatan rohani…
Agaknya, ‘siraman kesejukan’ yang kurasakan sore ini sungguh patut kusyukuri.
Doa-doa harianku pun terkadang tidak selalu fokus, karena terbentur kegiatan mengurus anak plus kurang tidur yang sudah kualami setahun belakangan ini… Walaupun itu bukanlah alasan, namun kurasakan sedikit-banyak keadaan yang tak lagi sama seperti dulu dalam berelasi dengan-Nya.
Satu hal yang kupegang, aku terus berusaha menyertakan Dia dalam segala kegiatan harianku. Segala yang kurasakan, segala pergumulan, segala kesukaan, segala keceriaan, kuingin berbagi hanya dengan-Mu, Yesusku…
Berbagai peristiwa, kelelahan, dan keraguan pun menerpa…
Hal-hal penting yang tengah kami tunggu saat ini…
Seputar pendaftaran sekolah SD anak kami yang akan datang sebentar lagi, sementara kepastian akan izin tinggal tetap kami di sini belumlah keluar…
Dan beberapa rencana penting terpaksa harus tertunda…
Kalau dulu pastilah aku sudah begitu kacau…
Sekarang? Walaupun secara manusiawi aku pun merasa lelah menunggu segala kepastian dari-Mu, Tuhan… Tetapi, tak kurang keyakinanku akan rancangan-Mu dalam hidupku…
Sebagian dari hatiku terus berbisik bahwa Engkau tahu yang terbaik bagi kami. Engkau pasti datang tepat waktu. Engkau pasti memiliki ‘ending’ bagi beberapa masalah yang tengah kami tunggu. Jauh lebih indah dari ‘ending’ yang kami kira akan terjadi…
Kuserahkan ini semua ke dalam tangan-Mu…
Dan biarkan saat ini, aku hanya ingin …
Bersujud pada-Mu…
Menikmati kehadiran-Mu…
Dan…
Mendengar suara-Mu…
Biarlah aku membuka seluruh hati dan keberadaan diri-Ku…
Untuk-Mu…
30 Juni 2013
fon@sg
Labels:
iman,
mendengar suara-Mu,
menunggu,
rancangan-Nya
Tuesday, June 25, 2013
Haze (Kabut Asap)
Di akhir liburan, kami
dihadapkan pada kenyataan bahwa Singapura tertutup haze (kabut asap) yang disebabkan oleh pembakaran hutan di daerah
Riau.
Tentu saja saya cukup
cemas, tetapi akhirnya memutuskan untuk pulang tepat waktu. Karena sekitar
seminggu lagi, sekolah anak-anak akan segera dimulai kembali.
Perihal kabut asap ini,
membuat saya pun ditanyai oleh beberapa sahabat mengenai kondisi kami dan
keluarga. Sungguh terima kasih tak terkira atas perhatian Sahabat sekalian.
Beberapa hari ini, cuaca Singapura cukup cerah, konon disebabkan oleh
berubahnya arah angin, malah Malaysia yang menyatakan negaranya dalam keadaan
darurat (‘state of emergency’) dikarenakan oleh kabut asap juga. Dan tentu
saja, kita berharap keadaan ini segera pulih.
Misa Minggu Sore 23 Juni 2013, St.
Bernadette Church @ Zion Road …
Romo Sambodo, SS.CC
membuka misa dengan sesuatu yang ‘up to date’ dan merangkainya dengan indah.
Seperti Singapura yang
ditutupi kabut, asap… Begitu pun kondisi hati kita yang sering tertutup kabut
dan asap sehingga tak mampu melihat dan merasakan kasih Allah dalam hidup kita…
Aku tersentak.
Begitu benar ungkapan itu.
Tak jarang kabut dan asap
menyelimuti hatiku, hatimu, hati kita.
Sehingga pandangan kita
pun tak jelas, samar-samar, tak tertuju pada-Nya.
Hari itu, aku sungguh
berdoa agar Tuhan singkapkan semua kabut di hati yang menghalangi kasih-Nya
masuk dan memenuhi hatiku.
Mungkin itu berupa
kebencian, amarah, dendam, ataupun luka yang masih menganga…
Sungguh, kuingin itu semua
berada dalam kendali. Bukan berarti aku melupakan itu semua seolah amnesia.
Tentu saja bukan!
Tetapi, biarlah itu semua
menjadi pelajaran bagi diriku sendiri. Membuatku belajar lebih baik lagi dalam
hal mengasihi. Dan itu semua-agaknya- takkan mungkin terjadi tanpa campur
tangan Allah sendiri.
Hari ini…
Konon hujan es batu
mengguyur bagian Barat Singapura. Beberapa daerah seperti Bukit Batok, Jurong
East, dan beberapa bagian lainnya merasakan hujan es batu itu. Sekitar tempat
tinggalku tidak, walau terlihat begitu hitam mendung yang menggayuti langit
sore ini…
Kabut sudah berlalu, namun
mungkin akan kembali.
Berganti hujan es batu
yang memenuhi hari sebagian warga di sini…
Aku tetap berdoa agar
segala musibah ini bisa berlalu.
Paniknya rakyat di sini
yang memburu masker N95. Keadaan yang begitu berasap yang bahkan terasa sampai
di dalam tempat tinggal- seolah tetangga sedang bakar-bakar kertas, semoga tak
lagi mengisi hari-hari ke depan nanti…
Dan aku pun berdoa…
Agar damai Tuhan
menghampiri setiap hari…
Agar kasih-Nya mengisi
setiap relung hati…
Agar setiap kerinduan
akan-Nya tak lagi tertutupi…
Ya Tuhan, bukalah mata
hati kami…
Jangan ada batas-batas itu
lagi…
Kabut asap silakan pergi…
Biarlah mentari kasih-Nya
yang ganti menyinari…
Pancaran kelembutan yang
indah dan begitu dinanti…
Setiap insan manusia di
bumi ini.
25.06.2013
fon@sg
- badai pasti berlalu. Kabut asap pun begitu #in faith I believe in You.
Subscribe to:
Posts (Atom)