Thursday, March 18, 2010

Demi Cinta


*** cerpen

4 Februari 2009

“ Kalau elo cinta ama gue, elo pasti mau dong lakuin semua yang gue mau?” Begitulah pertanyaan terakhir pacar gue yang bikin gue bingung. Edi, maksudnya apaan, nih?

“ Kalau elo emang cinta ama gue, Valentine’s Day ini elo nginep di hotel ama gue dan kita lakuin yang belum pernah kita lakuin sebelumnya.”

Edi gilaaa! Tega banget! Udah suruh nginep di hotel, itu udah ‘number one’ yang dilarang bonyok gue. Terus, maksud loe? Kita suruh ngapain tinggal di hotel semalem geto. Udah mahal, gak ketentuan juntrungannya lagi. Emang sih, Edi punya uang, bahkan konon kabarnya, dia udah nabung lho buat acara spesial di Valentine ntar. Khusus buat gue dan dia. Tapi, kalo itu berarti melakukan apa yang dia mau dan belum tentu gue mau, gimana dong? Agak kuatir nih gue. Jangan-jangan yang dimaksud emang itu, hiiii ngeri! Kita ‘kan baru masuk kuliah. Ntar kalo gue gak kelar, trus tekdung gara-gara Edi, mati gueee! Apa kata dunia???

“ Ed, maksud loe apa? Gue gak mau lho, kita lakuin yang belum pernah kita lakuin sebelumnya kalo itu mmm…hubungan suami istri. Kalo itu yang loe mau, sori deh, Ed. Gue rasa kita putus aja!” Gue jawab tegas banget. Emang, ini masalah harga diri, man! Gak bisa dong, Ed…

“ Tita, kalau elo gak mau, kita putus dan gue udah ada cadangan elo. Gue tetep bakalan nginep di hotel bintang tiga itu. Dan gue bakal tetep melakuin hal itu di Valentine’s Day ini. Malu gue disebut perjaka ting-ting, kayak gue gak laku aja.” Jawab Edi lagi.

“ Ya udah, Ed. Kalo itu mau loe, gue gak bisa mewujudkan impian elo. Sori ya, gue lebih takut resiko dan dosa, ketimbang kenikmatan sesaat. Dan kalau berarti kita putus, ya udah, ternyata cinta kita cuma segini doang. “ Gue nangis dan air mata udah mulai turun dengan deras di pipi gue. Rada-rada kan, kalo deket-deket Valentine’s Day gue malah putus? Sementara begitu banyak orang jadian, lamaran, ato bahkan ‘celebrate’ secara sederhana sampe mewah. Tapi, keputusan gue udah bulat. Sori, Ed, I’d like to say NO!

15 Februari 2009

One day after Valentine’s Day. Edi dengan bangga nunjukkin fotonya ke anak-anak sekelas gue. Emang gue dan Edi sekelas di Jurusan Ekonomi Akuntansi Universitas Karitas ini. Gue udah usaha untuk cuek dan tabah, tapi masalahnya kelas gue tambah heboh dan gaduh. Karena Edi motretnya ampe ampir seluruh bagian. Edi malah bangga. Ampun, deh!

Dan kata anak-anak, ceweknya cakep banget. Bagus deh, dia tambah bangga. Huh! Siapa sih tuh cewek?

Gak lama, gue denger bisikan, “ Tita, elo jangan marah ya, ceweknya si Edi sekarang itu best friend elo si Lina.”

Lina??? Kepala gue langsung puyeng. Kenapa gak cewek lain, sih Ed? Kayak gak ada cewek lain aja? Bukannya elo punya koleksi segudang. Kenapa musti nyakitin hati gue kayak gini? Kenapa Si Lina juga gak pedulian kayak gitu ama perasaan gue? Coba kalo dibalik, itu cowoknya terus gue maen hajar kayak gini, pake foto-foto lagi. Hati gue tambah ancur. Ancur seancur-ancurnya. Elo bisa bayangin dong? Tolong, gue pengen keluar dari kelas ini sekarang juga!

Ambil ancang-ancang beresin semua buku dan fotokopian pelajaran Akuntansi Biaya dan gue cabut! Gue gak konsen! Gue maunya kabur ajaaa! Edi, Lina, elo berdua tegaaaa!!! Keterlaluan!

Gua Maria Katedral, Jakarta

Cuman tempat ini yang bisa bikin gue lega sekarang. Bunda, gue mau ngadu! Gue diperlakukan tidak adil, Bun! Hatiku sakit banget. Dan kayaknya mereka sengaja ngelakuin itu dan bangga di atas penderitaan gue. Bunda, please help me!

Air mata masih netes di pipi gue. Sakit hati gue masih terasa, kayak diiris-iris hati gue. Hanya karena gue say “ NO”. Apa gue salah? Tapi itu emang prinsip gue. Gue gak bakalan bisa lakuin yang melanggar prinsip gue. Dan gak diperbolehkan di agama mana pun. Karena kenikmatan sesaat itu, kalaupun emang nikmat, buntutnya panjang. Dan gue cuma mau memberikannya kepada suami gue. Apa gue salah? Apa gue berlebihan di zaman yang gila pornografi dan seks bebas begini, masih tetep mempertahankan prinsip gue. Gue berjuang buat ortu gue, bonyok gue, buat Tuhan, buat gue sendiri. Karena gue gak bakal bisa. Dipaksa kayak apa pun, gue gak bakal mau!

“ Just follow your heart.” Tiba-tiba kata-kata itu nangkring dengan kuat di hati gue. Tiba-tiba ada keyakinan bahwa Tuhan merestui semua keputusan gue. Walaupun sakit, walaupun sekarang ini gue luka parah kena tembak dua orang yang gue cintai di hari kasih sayang. Ironis banget? Emang. Dan ini baru sekali seumur hidup gue alami.

Tuhan, gue mau ikut kata hati gue ini. Gue gak menyesal. Sama sekali NGGAK! Cuma hati yang sakit ini juga gak bisa gue bohongin dengan bilang, “ I’m OK.” Jujurnya, “ I’m not OK!” Tapi gue terima, God. Kalau ini bagian dari rencana hidup gue. Kalau ini emang masalah yang harus gue tanggung. Bunda Maria, doakanlah aku. Yesus, kuatkanlah aku.

Gue hapus air mata gue. Dengan hati yang sakit, gue berlalu. Sembari percaya, kalau Tuhan gak bakalan tutup mata dengan kejadian ini. Gue cuma mau tetap setia.

Desember 2009

Hasil dari hubungan one night stand antara Edi dan Lina berakhir di pelaminan. Karena si Lina keburu hamil atas perbuatan Edi. Dan Edi ‘of course’ harus tanggung jawab. Dan mereka gak bisa pesta juga kesannya terburu-buru banget. Trus, Lina putus kuliah. Karena harus ngurus bayinya. Gue sempet dateng ke wedding mereka. Dengan hati yang gak begitu hancur seperti Valentine’s Day lalu. Gue tau, mungkin Edi ngarepin gue ngelakuin itu semua demi cinta. Tapi, gue mau setia ama prinsip gue, juga demi cinta, Ed. Demi cinta gue pada Yesus. Gue mau tetep setia, biarpun itu berarti gue kehilangan Edi. Cinta pertama gue, sekaligus pacar pertama gue.

Lina juga sudah ‘ say sorry’. Ratusan kali. Gue udah maafin dia. Karena dia sendiri sekarang yang harus nanggung beban ini. Gue gak pernah menyesali keputusan gue. Malahan gue sedih dengan keputusan elo, Lin!

Gue denger dari Lina, Edi gak pernah cinta ama dia. Edi tetep cinta ama gue. Dan tindakan ‘one night stand’ itu maksudnya mau bikin gue cemburu aja. Tapi, ternyata Lina keburu hamil. Dan mereka bersepakat, abis tuh anak lahir dan berumur setahun, mereka mau cerai. Edi bakal ngasih uang tiap bulan buat tuh anak. Dan Lina, membesarkan dia sendirian ato mungkin ngasih anaknya ke panti asuhan. Kasihan. Kasihan anaknya, kasihan Lina, dan kasihan Edi. Kalau aja mereka tau resikonya, mereka pasti nyesel ngelakuin malam itu. Tapi, waktu gak bisa diputer balik. Emangnya ada ‘time machine’?

Gue udah gak sakit hati. Rasa benci gue, udah gue serahkan ke Yesus. Dan pelan-pelan, rasanya gue udah maafin mereka. Rasa kasihan yang sekarang mendominasi hati gue. Andai saja kalian tau…Yesus udah begitu cinta ama kita, kenapa kita musti ngelukain hati-Nya dengan kelakuan kayak gitu. Yesus datang ke dunia demi cinta, untuk nyelametin kita semua anak-anak-Nya. Dan yang gue lakuin cuma sebagian kecil buat membalas cinta-Nya yang gede banget itu. Dan gue gak menyesal. Gue jaga kemurnian gue buat suami gue. Demi Yesus. Demi cinta gue pada Yesus.

Lina, Edi, dan calon anak kalian… Gue maafin. Gue ampunin. Sekaligus gue doain, semoga anak kalian gak luka batin parah karena tertolak kayak gitu. Semoga kalian belajar dari kesalahan yang lalu. Gak seindah yang elo-elo bayangin! Kalau akibatnya kayak gini…

Tuhan, kasihanilah mereka….

HCMC, 26 Januari 2010,

-fon-

* in the spirit of warm invitation from Riko to become C-Ambassador. Chastity Ambassador. Aku menyambut baik dan menulis dengan gaya bahasa yang sudah lama kutinggalkan, demi cinta :) Sekaligus prihatin dengan pemberitaan yang kubaca bahwa seks bebas sudah jadi ‘tren’ kuat di remaja Indonesia. Tetap jaga kemurnian demi cinta kepada-Nya!

* sudah dimuat di website True Love Celebration: http://truelovecelebration.org/category/short-story/

Sumber gambar:

http://www.invitationtochrist.org/j0438388.jpg

Wednesday, March 17, 2010

Can’t You See?


Can’t You see that I’m now struggling hard?

Can’t You see that I’m now fighting hard?

Can’t You see that I’m holding to whatever I’ve got at this moment?

Trying not to lose anything…


Can’t You see that experiencing one loses after another

Isn’t something too easy to bear?

Can’t You see that my tears almost dry because

I cry so hard every night?

Can’t You see that I’m fed up being treated unfairly

in this life?

Can’t You really see, God?
Because I’m scared that You haven’t really got the chance to see.

Maybe You’re just to busy…

Because I’m only one in a zillion kids that You have.


Suddenly, a gentle voice inside of me says:

“ I’ve seen it all. I knew it all. I know your pain, your struggles, your tears. I know you, My child. But sometimes, it’s you who can’t see. It’s you who can’t put your trust in Me. It’s you who become too busy complaining and whining about this and that, without the real chance to see Me. My hands, My work in your life, are sometimes invisible for you.

So, My child, here’s My question: can’t you see Me, My kindness, and My wonderful plans for you?

Can’t you really see?”


Then I started to break down and cry.

Forgive me, Lord.

For not being able to see.

From now on, please open my eyes.

Open the eyes of my heart as well.

And I promise you that I’ll begin to really see carefully…

Whatever You’ve planned for me.


HCMC, 17 March 2010

-fon-

* somewhere, somehow, this question might appear inside us. Maybe we need to begin right now: to see and to be patient with whatever His Plans that we haven’t seen. But in faith, we believe that He will deliver all His promises in our life. Amen.

Source of picture:

http://www.freehdwallpapers.com/wallpaper/Eye-in-the-Sky/