Thursday, April 29, 2010

How Can I Put My Trust in YOU?



Anak-anak kecil, tak bersalah, tak berdosa…

Jadi korban perang, perkosaan dan pelecehan…

Yang tukang bikin masalah terkadang malah orang dekat, orang kepercayaan, tetangga, teman, sampai orang yang dianggap rohani.

Hal yang lebih ganas dilakukan, bahkan lebih dari binatang buas yang tak makan anak sendiri. Membuatku merinding tiap kali membaca hal-hal seperti ini. Seolah manusia yang tampaknya dan seharusnya takwa malah seolah tak punya nurani.

Kalau lihat yang seperti ini, pernah pertanyaan ini timbul juga: bagaimana aku bisa beriman pada-Mu, Tuhan?

Kemunafikan meraja lela. Setiap orang seolah perlu topeng untuk amankan mukanya. Dari murka dunia, dari rasa bersalah, cukup kenakan topeng, selesailah sudah. Ironisnya yang munafik malah jaya dan kaya raya. Sementara yang kerja keras, jujur, dan baik hati malah ada yang miskin tiada tara.

Melihat kenyataan pahit begini, sekali waktu pernah kutanya pada-Mu, Tuhan.

‘ How can I put my trust in You?’

Lilitan kawat duri ketakutan melingkari setiap hati yang ragu untuk melangkah. Entah karena kekuatiran akan hari esok, entah karena bayang masa silam yang tak jua lepas dari ingatan. Bayang kesedihan tak berujung. Melihat kenyataan yang ada, kondisi keuangan yang tak menunjang sementara harga melaju tinggi tanpa kendali, kembali tanya ini penuhi banyak hati:

‘How can I put my trust in You, Lord?’

Bencana alam bertubi-tubi. Gempa, angin ribut, longsor, badai, sampai banjir.

Nyawa hilang seolah begitu mudah, seolah kucing yang punya sembilan nyawa. Hanya ini tak ada gantinya, karena mereka manusia. Dalam hati miris tak terkira, kutanya:

“ Bagaimana aku bisa terus percaya pada-Mu, Tuhan?”

Seorang anak korban pelecehan Bapak tirinya, tak pernah tahu apa arti seorang Bapa. Dia hanya tahu, ayah tirinya itu bukanlah orang baik. Mungkin tampaknya baik, tapi ternyata tak cukup baik. Dia yang sudah ternoda, hanya bertanya:

“ Jika yang tampak di depan mata sudah macam ini, apa Engkau yang tak kasat mata bisa peduli?”

Jika dipikirkan, iman itu lebih dari sekadar pikiran.

Jika hanya mengandalkan apa yang terlihat, percaya itu lebih dari sekadar ucapan di bibir atau apa yang terlihat dengan mata saja.

“ Iman mampu memindahkan gunung. Orang-orang yang berjalan di dalam iman, takkan berhenti berharap. Takkan berhenti percaya, walaupun kenyataan begitu pahit. Begitu memilukan. Orang-orang yang takwa akan terus mencari hadirat-Nya, takkan berhenti, walau seluruh hidupnya diliputi luka dan kesakitan. Karena percaya, sumber penyembuh sejati hanya ada pada diri-Nya. Bukan yang lain.”

Dunia boleh bilang, “ Tuhan tidak adil.”

Dunia boleh kecam, “ Rasanya sukar mengandalkan Tuhan di masa sulit seperti ini.”

Dunia boleh tertawa dan mempertanyakan, “ Tuhan? Adakah Dia?”

Dunia boleh lakukan apa saja…

Namun, kita tak boleh menyerah.

“ How can I put trust in You?”

‘ Of Course, you can!’

Percaya datangnya dari hal sederhana. Iman datang dari kecintaan akan Dia. ‘Trust comes from simple things but yet is able to bring your faith to another level. Nearer to Him.’

Percaya bukan berarti tak pernah kecewa akan kenyataan yang ada. Namun, percaya berarti tetap mau memilih dekat dengan-Nya dalam kondisi sesulit apa pun. Dalam setiap duka yang seolah tak terselesaikan. Mengandalkan Tuhan seolah jadi omong kosong bagi beberapa orang, namun tidak bagi Tuhan itu sendiri. Justru dalam setiap masalah yang tak terselesaikan, pertanyaannya:

“ Sudahkah kauundang Dia dalam hidup-Mu? Untuk memimpinmu sekali lagi dalam hidup ini?”

Dunia mungkin akan tambah kacau… Tetapi, kita tidak boleh kacau. Di tengah orang yang mengaku rohani yang masih melakukan kejahatan, di tengah kondisi orang yang seharusnya dipercayai malah menorehkan kepercayaan itu dengan pelecehan dan bangkitkan dendam…Di tengah itu semua….Hanya bisa mohonkan kasih Tuhan, rahmat Tuhan untuk bisa menerima segala sesuatunya dan percaya: ‘everything happens for a reason.’

Bo Sanchez dilecehkan oleh pembimbing rohaninya. Dia bangkit di dalam Tuhan dan memulai hidup yang baru, yang amat luar biasa dan menjadikannya seperti hari ini. Penulis, ‘business man’, pewarta, dan ‘trainer’ luar biasa.

Alison Botha diperkosa dan hampir mati, selamat, dan menjadi motivator ulung ke seluruh dunia agar mengajarkan semua orang untuk menghargai kehidupan sendiri.

Nick Vujicic lahir tanpa kaki, sekarang motivator ulung di dunia, sukses dan tak jarang bikin malu hati orang-orang yang fisiknya sempurna…

Apa yang kita pikir kemalangan, belum berarti kemalangan. Sejarah juga membuktikan, mereka yang mengandalkan Tuhan, percaya dan terus berjalan di dalam Dia, takkan ditinggalkan-Nya. Malah segala hal yang berbau kemalangan, Dia ubahkan jadi sukacita terbesar.

‘How can I put trust in You?’

‘You can do it by praying more, ask for His love, and just stay faithful even you haven’t seen anything. Because He has seen the whole picture of your life.’

‘Stay faithful:)’

'God, I want to put my TRUST in YOU. Amen.'

HCMC, 28 April 2010

-fon-

* smoga kita tersadarkan untuk meningkatkan iman dan perbuatan kita. Karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Iman kita semoga menjadikan kita orang-orang yang semakin tabah di dalam menjalani hidup. Di dalam kasih-Nya. Amin.

Sumber gambar:

http://farm3.static.flickr.com/2347/2280222251_f2e7e2e8a4.jpg

Friday, April 23, 2010

I Don’t Know




‘I don’t know’ is really an easy answer.

When people asked you something and you don’t really know the answer, you can surely say: “I don’t know.”

Sometimes it’s a good answer though. If that really means you don’t know any single thing about something, rather than being boastful then pretend that you’re so smart and know the answer… “ I don’t know,” seems to be a wise reply.

While at some other times, ‘I don’t know’ seems to be a quite ignorant and unhelpful answer…

It really depends on the situation and condition of the question, the question itself, the answer, the one who gives the question and the one who answered it.

There are times when you think that you don’t know what to do about one thing. Maybe the biggest problem in your life has appeared and you don’t really know how to handle it.

Don’t know what to do, don’t even know what to say…

Maybe at those low-battery, low-energy level, you can only say that,

“ I don’t know what to do, maybe Lord,

You know something or everything about it.

It’s easy because You’re the Lord.”

By the time we’re saying that, sometimes we’re not really surrendering ourselves. We might even ask Him, “How come You don’t know, Lord? You’re the God, aren’t You? Why do You leave me alone in such an uncertain situation?”

Well, we pushed God to answer.

Because we know that He will know the best answer ever!

But, is it the right thing to do?

Actually God never says, “I don’t know.”
What He actually says: “My time hasn’t come yet.”

(And it’s our duty to wait on the Lord, wait for the perfect time frame that He has prepared for us).

‘I don’t know what to do’ might lead us into seeing psychic or do some strange things in order to know the future (which is extremely not recommended but still people are doing it for the sake of ‘less worried’). But sometimes, seeking others for answers will lead us to another level of worrying. Increased ones. While keep searching for the truth in reality, at the same time, we’ll keep on wondering:

what if what he said becomes real?

‘I don’t know what to do’ might leave us in such a desperate situation by thinking that every door is locked.

Not even a single window is open.

It seems that we’re trapped in such a bad circumstance.

But, ‘I don’t know what to do’ might actually need an intimate relationship with Him-quality time in prayers face to face with Him-

The One who KNOWS everything.

The One who planned and prepared everything.

The ONE who knows how to guide us in times of ‘I don’t know what to do’ circumstances.

The greatest thing of all that: we know the ONE who knows.

We know the One who really cares about us.

And let’s draw ourselves nearer to Him.

Pray more, surrender more…

And in times of ‘I don’t know what to do’ situation might be the biggest transformation in the Lord if we want to seek Him wholeheartedly.

‘I don’t know’ seems to be a very simple answer.

‘I don’t know what to do’, somehow is seemed like a kind of depressed plus desperate answer.

However, ‘I don’t know what to do, Lord. But I know that You know what to do,’ will be the perfect answer that shows faith in Him and the ability to sustain in the midst of troubles by clinging to real rock in this life. God Himself.

God knows.

How come He doesn’t know?

He’s the One who created you in the first place and even though you’re not born yet, He has written your names in the palm of His Hands.

He knows. And it’s glad to know that He knows.

It’s glad to know that there’s no better way than surrendering our life to the ONE who knows the best for us.

‘I don’t know what to do, Lord. But, I’m sure You know.

Give me enough patient to wait on You, Lord.

To wait for every single promises that You’ve given to me.

To wait on all the marvelous plans that You’ve prepared for me.

Amen.’

HCMC, 23 April 2010

-fon-

Saya Tidak Tahu

* terjemahan dari tulisanku yang berjudul ‘I Don’t Know’

‘Saya tidak tahu’ adalah jawaban yang mudah. Ketika orang bertanya padamu tentang sesuatu dan kau tak begitu mengerti jawabannya, kau dengan mudah berkata: “ Saya tidak tahu.”

Kadang-kadang itu adalah jawaban yang baik. Ketika kau betul-betul memaknainya sebagai kau tidak mengerti sesuatu apa pun tentang hal itu, daripada sok jago dan pura-pura memperlihatkan bahwa kau amat pintar dan mengetahui jawabannya, ‘Saya tidak tahu’ sepertinya merupakan jawaban yang bijaksana.

Kali lainnya, ‘ Saya tidak tahu’ seolah merupakan jawaban yang kurang peduli (cuek) dan kurang membantu. Sungguh betul-betul tergantung pada kondisi dan situasi dari pertanyaan tersebut, pertanyaan itu sendiri, jawabannya, orang yang memberikan pertanyaannya dan orang yang menjawabnya.

Ada banyak kali ketika kau pikir kau tidak tahu apa yang harus kaulakukan mengenai suatu hal.

Mungkin masalah yang terbesar dalam hidupmu sudah muncul dan kau betul-betul tidak tahu bagaimana memecahkannya.

Tak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan tak tahu apa yang harus dikatakan.

Mungkin pada saat-saat ‘low bat’, level energi yang amat rendah, kau hanya bisa katakan:

“ Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, mungkin Tuhan,

Kau tahu sesuatu atau segala sesuatu tentang masalah itu.

Amatlah mudah, karena Engkaulah Tuhan.”

Ketika kita katakan hal itu, kadang-kadang tidak betul-betul berserah. Kita bahkan menanyakan kepada-Nya, “ Bagaimana mungkin Kau tidak tahu, Tuhan? Engkau ‘kan Tuhan? Mengapa Kau tinggalkan aku sendiri dalam situasi yang sangat tak menentu semacam ini?”

‘Well’, kita memaksa Tuhan untuk menjawab.
Karena kita tahu bahwa Dia tahu jawaban yang terbaik.

Tetapi, apakah itu hal yang tepat untuk dilakukan?

Sebetulnya Tuhan tak pernah berkata, “ Saya tidak tahu.”

Apa yang Dia katakan sebenarnya:” Waktu-Ku belum tiba.”

(Dan adalah tugas kita untuk menunggu Tuhan, menunggu waktu-Nya yang sempurna yang telah Dia sediakan bagi kita).

‘Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan’ bisa membawa kita menemui tukang ramal atau melakukan hal-hal yang aneh untuk mengetahui masa depan (yang sebetulnya sangat tidak direkomendasikan, tetapi banyak orang melakukannya agar mereka menjadi ‘tidak begitu kuatir’). Tetapi kadang-kadang, mencari orang lain untuk jawaban-jawaban atas masa depan kita itu membawa kita kepada level berikutnya dari kekuatiran. Level yang lebih tinggi. Sambil tetap penasaran dengan kenyataan dan kebenarannya, di waktu yang sama, kita akan terus bertanya-tanya: bagaimana bila itu jadi nyata?

‘Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan’ akan membawa kita di suatu situasi yang sangat putus asa karena berpikir semua pintu sudah terkunci.

Tak satu pun jendela yang terbuka.

Kelihatannya kita sudah terperangkap dalam keadaan yang begitu buruk.

Tetapi, ‘Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan’ sebetulnya membutuhkan suatu hubungan yang erat dengan-Nya-waktu-waktu doa berkualitas ketika kita berhadapan muka dengan muka dengan-Nya-

Dia yang tahu segalanya

Dia yang merencanakan dan mempersiapkan segalanya.

Dia yang tahu bagaimana membimbing kita di saat berada pada kondisi

‘ Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan’

Hal yang terpenting adalah: kita tahu Dia yang mengetahui segalanya.

Kita tahu Dia yang amat peduli pada kita.

Dan marilah mendekat kepada-Nya.

Berdoa lebih khusyuk, berserah lebih dalam…

Dan dalam kondisi, ‘ Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan’ bisa menjadi transformasi terbesar di dalam Dia asalkan kita mau mencari wajah-Nya sepenuh hati.

‘ Saya tidak tahu’ sepertinya adalah jawaban yang amat sederhana.

‘ Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan’, seolah jawaban orang yang tengah depresi dan putus asa.

Namun, ‘ Saya tidak tahu apa yang saya lakukan, Tuhan. Tetapi saya tahu bahwa Engkau tahu apa yang harus Kaulakukan,’ akan menjadi jawaban yang tepat yang memperlihatkan iman di dalam Dia dan kemampuan untuk bertahan dalam permasalahan dengan mendekat erat pada Batu Karang yang teguh dalam hidup ini. Tuhan sendiri.

Tuhan tahu.

Bagaimana mungkin Dia tidak tahu?

Dia yang menciptakanmu pada awal mulanya dan walaupun engkau belum lahir, Dia telah menuliskan namamu di telapak tangan-Nya.

Dia tahu. Dan sungguh membahagiakan untuk tahu bahwa Dia mengerti.

Sungguh menyenangkan ketika tahu bahwa tidak ada jalan yang lebih baik daripada menyerahkan hidup kita kepada Dia yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kita.

Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan, Tuhan. Tetapi, saya yakin ENGKAU Maha Tahu.

Berikanku cukup kesabaran untuk menantikan Engkau, Tuhan.

Untuk menantikan semua janji yang Kauberikan padaku

Untuk menantikan semua rencana yang luar biasa yang Kausediakan bagiku.

Amin.

HCMC, 23 April 2010

-fon-

* artikel ini juga tersedia di blog saya: http://fjodikin.blogspot.com, diterjemahkan atas permintaan seorang teman.

* bagi yang ingin share dan ‘copas’ mohon menyertakan sumber atau link-nya. Trims!

Source of picture:
http://allifeel.files.wordpress.com/2009/07/prayer.jpeg

Tuesday, April 13, 2010

Karya Terbaik



Karya terbaik-Mu,

ketika Kauanugerahkan anak-Mu yang tunggal ke dunia.

Karya terbaik-Mu ketika Dia korbankan nyawa,

bagi para pendosa.


Karya terbaik-Mu ketika Dia disalibkan, wafat,

dan bukan berhenti sampai di situ.

Dia bangkit kembali!

Buktikan bahwa memang tak ada yang sanggup mengalahkan kuasa-Mu…

Sampai maut pun takluk dan bertekuk lutut di telapak kaki-Mu.


Karya terbaikku,

jadi anak kebanggaan-Mu,

Semoga aku tak mengecewakan-Mu

Karena aku mau berjuang sungguh!

Untuk tetap mempersembahkan yang terbaik dari diriku…

Bagi kemuliaan nama-Mu.


HCMC, 13 April 2010

-fon-


Sumber gambar:
http://karenknowler.typepad.com/living_in_the_raw/images/happy_girl_jumping_1.jpg

Sunday, April 11, 2010

Lenggak Lenggok ‘Catwalk’



Waktu berat badanku 50 kg, pengennya 45 kg ajaaa…Waktu berat badan 55 kg, baru tau bahwa berat 50 kg itu anugerah. Apalagi waktu berat badan mencapai 65kg. Tuhannn, ‘balikin bodi gw’ kayak dulu lagi…* Balikin, oh…oh balikin...:)*

(Psssttt, ini hanya ilustrasi, dan tidak mencerminkan berat badan sebenarnya. ‘Kan pamali mengakui berat badan di depan umum hehehe…).

Intinya, amat mudah bagi kaum perempuan untuk disibukkan dengan hal-hal semacam ini. Panik karena sebuah jerawat gede yang nongkrong dengan tidak sopannya di hidung. Pusing karena rambut pecah dan bercabang. Stress karena berat badan yang naiknya gampang, turunnya susah. Yah, itulah hal-hal yang nampaknya ‘gak penting’ buat beberapa orang, tetapi buat kaum hawa yang mengalami, tetep aja berasa pusingnya. Deretan ini bertambah dengan ‘koq’ aku tidak seputih dia, sampai ada krim-krim pemutih yang bisa memutihkan dalam waktu enam minggu atau bahkan lebih cepat lagi. Padahal? Kalau di negara yang lain, yang hitam itu jadi idola. Bahkan ‘bule’ rela menjemur dirinya berjam-jam biar lebih ‘tan’. Lebih hitam. Yah, begitulah, intinya amat sulit buat mensyukuri diri ini apa adanya…

Hari ini, pas lagi di fitnes. Mantengin ‘Channel V’ seperti biasa, lihat video klipnya JK Pop. ‘Japan and Korean Pop.’ Langsing, cakep, ‘fresh’. Pas iklan, klik ke saluran berikutnya: ‘Fashion TV’. Modelnya: cakep-langsing bahkan terlalu langsing bak anoreksia:), keren karena baju disainer dunia. Hmmm, ‘wondering’…Apa model-model tersebut tak pernah punya masalah dengan penampilan fisiknya?

Setelah berdecak kagum memandang tubuh-tubuh indah dan wajah menawan mereka, betapa terkejutnya saya ketika di dalam wawancara dengan tokoh selebriti itu ada pertanyaan: “ Bagian mana dari tubuh Anda yang paling tidak Anda sukai?” Jawaban yang mereka berikan pun bermacam-macam. “ Aku tidak suka dengan telingaku karena keduanya tidak sama besar,” “ Aku benci dengan bentuk bibirku yang terlalu biasa, kurang seksi,” dan sebagainya, dan seterusnya. (Lihatlah Tubuhku hal. 44, karya Romo Deshi Ramadhani, S.J.)

‘OMG (Oh My God)!’

Ternyata untuk bersyukur pun sulit dialami oleh mereka yang notabene sudah artis, model, bahkan supermodel kelas dunia. Apakah memang bersyukur sesulit itu?

Di luar itu semua, Romo Deshi (MoShi) masih di buku yang sama menyebutkan bahwa dalam film-film yang berbeda seperti ‘The Beauty and the Beast’ dan ‘Shallow Hal’ yang tak mementingkan penampilan fisik, juga terjadi di dunia ini. Ketika orang tidak memusatkan hal-hal yang berbau fisik, barulah hal-hal yang bersifat kecantikan batiniah (‘inner beauty’) terlihat dan terpancar ke luar.

Manusia sibuk terpusat pada tubuh, melakukan berbagai macam operasi untuk mengubah atau memperbaikinya, tetapi pada akhirnya, pribadi di dalam tubuh itulah yang dirindukan, yang akhirnya menentukan arti seluruh tubuh manusia yang bersangkutan. Selama kita masih terkurung pada obsesi akan tubuh, selama itu pula kita ungkin tidak akan pernah sampai pada kebenaran dasar tentang diri kita sebagai manusia, meskipun kita memang tidak bisa berada tanpa tubuh kita. ( Lihatlah Tubuhku hal. 47).

Buku MoShi yang memberikan pencerahan baru pada saya soal Teologi Tubuh (TOB= Theology of the Body) membawa saya sedikitnya untuk keluar dari kepusingan-kepusingan manusiawi makhluk bernama perempuan yang sering disibukkan dengan hal-hal yang berbau fisik. Sekaligus juga penilaian sekitar tentang fisik dan tampilan semata. Sebetulnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada fisik dan tubuh, tapi memujanya setengah mati dan meninggalkan hal-hal yang lebih hakiki seperti kualitas karakter yang baik adalah amat membosankan. Menjemukan.

Tanpa tubuh kita bukanlah manusia utuh. Namun, terlalu mengandalkan tubuh, juga bukan solusinya. Solusinya adalah mengenal tubuh dan mengembalikannya sebagaimana apa yang sudah ditetapkan-Nya dari awal mula. Sehingga pemahaman yang keliru soal tubuh dan perluasannya soal pornografi, persepsi yang tidak benar tentang seks, bisa terhindarkan.

Buku ini belumlah selesai saya baca, tetapi saya berterima kasih buat teman-teman dari Domus Cordis Jakarta yang mengirimkannya tepat waktu, di saat saya memang kurang mendapatkan info-info semacam ini. Terima kasih juga buat MoShi dan Yohanes Paulus II yang menginspirasi. Dan ‘above all, thank God!’

Pemahaman yang benar soal tubuh, membuat kita semakin percaya diri dalam lenggak-lenggok kita di ‘catwalk’ kehidupan yang sudah direncanakan-Nya dengan sempurna.

Bukan berarti kita tidak boleh jadi sehat, segar, dan fit. Bukan berarti kita tidak perlu merawat tubuh kita dan cuek saja tanpa peduli padanya. Namun, pengertian akan kebenaran ini, semoga membuat banyak mata semakin terbuka bahwa Dia punya rencana atas semua yang diciptakan-Nya, termasuk tubuh kita. Bukan seperti apa yang dunia inginkan kita mengerti, tetapi apa yang Dia maksudkan ketika pertama kali menciptakan kita.

Yukkk, melenggang dengan pasti dalam ‘catwalk’ kehidupan kita dengan tuntunan tangan-Nya:)

HCMC, 12 April 2010

-fon-

Sumber gambar:

http://amfibang.files.wordpress.com/2008/05/catwalk.jpg

Saturday, April 10, 2010

When Things Aren’t Going Your Way


When things aren’t going your way,

you might feel that it’s the end of the world.


When things aren’t going your way,

you might feel that you’re neglected or being left alone.


When things aren’t going your way,

you might feel stressed out, depressed, frustrated,

and disappointed.


When things aren’t going your way,

you might blame the whole world, your family,

your friends, you yourself, and finally: God.


When things aren’t going your way,

you might feel like you want to give up.


But actually


When things aren’t going your way,

It’s actually a new opportunity to learn a new experience in life.


When things aren’t going your way,

It’s good that you’re able to reflect and introspect.


When things aren’t going your way,

It’s good to know that your way isn’t the only way to fulfill your wish.


When things aren’t going your way,

It’s time to surrender and trust The Almighty.


When things aren’t going your way,

It’s time to pray more, trust Him more…


Because He knows better ways than your ways.

Because He knows better plans than your plans.

Because He knows the best for you.


When things aren’t going your way,

It’s a new beginning to another solution in your life.

As long as you believe…

He will make a way for you.

Exceedingly, abundantly far above that you could ask or think.


When things aren’t going your way,

Stay grateful, be thankful,

and you’ll see His marvelous ways in your life.


All you need is just the willingness to change and accept different ways:

His wonderful plans for you.


HCMC, 11 April 2010

-fon-


Source of picture:

http://fattiefatterton.files.wordpress.com/2009/10/right-way-wrong-way1.jpg

Sunday, April 4, 2010

Melihat Yesus di Galilea


Melihat Yesus di Galilea

Seorang teman di FB bertanya kepada saya (berupa sentilan juga sih sebetulnya:)). “ Fon, ada ide menulis tentang kebangkitan?”

Jujurnya, sampai kemarin pagi masih ‘blank’. Karena mungkin tidak semua misa di trihari suci saya ikuti di sini. Karena tidak semua ada dalam Bahasa Inggris, namun kemarin kami misa Minggu dalam Bahasa Indonesia. Di sanalah, Romo Max (RM) ketika bicara, mengingatkan saya tentang Yesus yang bangkit.

RM: Mengapa Yesus tidak bertemu dengan para murid di kubur-Nya?

Spontan, umat menjawab macam-macam:

Sempit, Mo! Gelap dan menakutkan…”

Grrrr, semua tertawa, tetapi sekaligus melihat betapa logisnya jawaban-jawaban yang seolah guyonan itu.

RM: Yesus mengajak semuanya saja datang ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat-Nya. Apa arti Galilea?

Umat pada garuk-garuk kepala. Sebagian lupa, sebagian tidak tahu, dan ada satu yang ingat. Wuih, menyimak pelajaran pas pendalaman Alkitab nih, Si Ibu Cantik satu ini…. Semangat! :)

Galilea adalah tempat orang bekerja. Tempat yang menjadi sentrum perekonomian dan pusat orang memperoleh penghidupan ( sumber :http://retretpastorkampung.blogspot.com/2009/09/37-yesus-memanggil-orang-yang.html).

Setelah Yesus bangkit, kita mungkin masih berusaha untuk terus mencari Yesus. Kita cari melalui retret, kita cari di gereja, kita cari di tempat-tempat ibadah atau acara-acara keagamaan. Sebetulnya, satu hal yang kita lupa, Yesus ada setiap saat: kapan saja dan di mana saja. Itu dikarenakan Dia Mahahadir. Dan dalam aktivitas kita, dalam kegiatan kita sehari-hari, dalam pekerjaan kita, dalam upaya mencari penghidupan kita, dalam menjalani panggilan kita secara setia… Di situlah kita akan bertemu dengan Yesus. Retret, gereja, acara keagamaan tentu saja baik adanya. Tidak tertutup kemungkinan kita akan lebih khusyuk dalam mencari Yesus di saat-saat yang lebih spesial atau di tempat-tempat yang lebih khusus semacam itu. Namun, bukan berarti Dia tidak bisa dijumpai di tempat lain. Bahkan sebaliknya, Dia yang Mahahadir itu mengundang kita untuk bertemu dengan-Nya dalam keseharian kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selamat paskah, teman. Dan temukan Yesus yang bangkit dalam hidupmu dan keseharianmu. Tak perlu bingung mencari Dia di tempat yang jauh. Karena Dia ada di sini, saat ini, dekat dengan kita. Masalahnya terkadang kita yang tidak sadar akan kehadiran-Nya dan menganggap Dia sudah amat jauh meninggalkan kita.

Yesus sudah bangkit, maukah kita bangkit dari kebiasaan lama yang buruk dan mengubahnya menjadi lebih baik? Yesus ada di sini, hari ini, detik ini sampai selamanya. Amin.

Sumber ayat:

Mat 28:8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.

Mat 28:9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

Mat 28:10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

HCMC, 5 April 2010

-fon-

* thanks to Romo Max dan Heny yang sudah ‘encourage’ buat menulis tentang kebangkitan. GBU.

Sumber gambar:

http://www.dst-corp.com/james/PaintingsOfJesus/Jesus07.jpg