Tuesday, March 18, 2014

Misteri...

Misteri

Minggu lalu, ketika membaca bertubi-tubi berita terbunuhnya Ade Sara, mahasiswi usia 19 tahun, ada rasa yang bergejolak di dada...
Sebagai seorang Ibu-jujur saja- saya sulit membayangkan kejadian ini.
Namun, membaca komentar Ayah-Ibu Ade Sara, sungguh saya memberikan acungan jempol setinggi-tingginya buat mereka.
Bahwa kasih dan label pemeluk kristiani, bukan hanya sekadar janji atau ucapan manis di mulut.
Tetapi, sungguh jika itu benar-benar dijalankan, akan membawa decak kagum semua orang.
Lintas agama, tanpa memandang suku-bangsa...
Bahwa kasih dan pengampunan sungguh menjadi hal yang begitu indah, walaupun pastinya orangtua Ade Sara mengalami kekecewaan yang begitu besar dan rasa kehilangan yang tak terlukiskan.
Mereka sudah menjadi contoh yang luar biasa di mata saya dan pastinya bagi banyak orang.

Belum lagi usai soal kekagetan akan terbunuhnya Ade Sara, datanglah berita hilangnya pesawat Malaysian Airlines MH370 secara mendadak dan sampai sekarang belum diketahui nasibnya.
Berita ini saya dapatkan pertama kali dari apps TRS- The Real Singapore di pagi hari, Sabtu 8 Maret yang lalu.
Rasa simpati dan kasihan langsung meraja di dada. 
Bagaimana nasib lebih dari 200 penumpang di dalamnya? Yang setiap dari mereka punya kisah dan perjalanan hidup sendiri?

Sampai hari ke-10, perkembangan kasus makin menjadi-jadi.
Membuat kebingungan, membuat banyak spekulasi yang terkadang membuat saya mengelus dada.
Satu per satu kejadian yang belum terselesaikan ini seolah bagai misteri...
Hatiku pun berbisik:
"Ah, bukankah kehidupan itu sendiri adalah misteri Ilahi?"

Kematian itu sendiri, walaupun pasti terjadi, entah kapan atau di mana, juga bagaimana terjadinya masih merupakan misteri bagi setiap kita.
Jika yang ada di angan, di pikiran adalah jalan normal: meninggal di masa tua dalam kondisi sakit-sakitan... Mungkin itu jauh lebih diterima...
Dibandingkan dengan kehilangan mendadak sebagaimana kasus Ade Sara, atau 
para penumpang MH370 yang masih tetap diharapkan hidup oleh para sanak saudara mereka jika benar bahwa dugaan bahwa pesawat ini dibajak...

Kelahiran seorang bayi pada umumnya diharapkan dan disambut dengan kebahagiaan...
Namun, kematian, ketika harus berhadapan dengan rasa kehilangan, tentunya tidak bisa dihadapi dengan keceriaan yang gegap-gempita...


Hidup dan segala misterinya menjadi seperti sebuah teka-teki yang seolah tak terpecahkan...
Namun, pada akhirnya, dengan menundukkan kepada...
Dengan seluruh rasa simpati dan sedih yang mungkin ada...
Kita harus berani mengakui...
Bahwa suatu saat, suka-tidak suka, kita harus menghadapi ujung dari hidup ini.
Suatu ketika, kita harus berkata sudah selesai.
USAI.

Mungkin kata ini bukanlah kata favorit kita...
Namun, inilah kenyataan yang harus dihadapi...
Suatu saat, kita harus kembali kepada Sang Pencipta...
Entah bagaimana caranya, juga tak tahu kapan atau di mana...
Namun, usai di dunia, bukan berarti usai pula bagi kita.
Ada satu babakan lain...
'Chapter' yang bernama keabadian...
Dalam kekekalan bersama Bapa...
Isn't it sweet?:)

Mungkin sulit untuk sampai pada pengertian itu tadi...
Mengingat betapa melekatnya kita pada dunia dan kehidupan yang kita jalani...
Sebagaimana hidup adalah misteri...
Mari kembali kepada Allah yang hakiki...
Hanya kepada Dia kita sandarkan diri dan sepenuh hati...
Dalam iman, semoga kuat menjalani...
Setiap keadaan bersama Dia yang menemani...

Sembari terus mendoakan ketenangan Ade Sara...
Juga keluarganya agar diberikan ketabahan...
Dan semoga MH370 mendapat titik terang...
Mohon Tuhan buka jalan dan singkapkan semua rahasia...
Sehingga pihak keluarga setidaknya mendapatkan kejelasan...

Sebagaimana hidup adalah misteri...
Mari kita kembali menapaki...
Hari lepas hari...
Dengan iman yang membalut hati...
Agar Tuhan tetap menjadi fokus hidup ini...

18.03.2014
fon@sg

Thursday, March 6, 2014

Dering Telepon

Dering Telepon

Senin siang, 24 Februari 2014

Siang itu, aku sedang berada di dokter gigi, sebagai kunjungan rutin yang sebetulnya sudah beberapa waktu belum kulakukan.
Sedang berada di ruang tunggu, tiba-tiba telepon berdering.

Hari itu, aku harus menerima kabar dari Mrs. Xiu-pengemudi bus sekolah Odri, yang mengabarkan bahwa bus sekolah yang membawa anak sulung kami dan teman-temannya itu baru saja mengalami kecelakaan.
Sungguh hatiku langsung kacau-balau.
Tetapi, Mrs. Xiu langsung menenangkan dan mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa, hanya kepala Odri, terutama bagian keningnya, terkena benturan kursi depan dan mengalami benjol sedikit...

Antara harus menyelesaikan janji dengan dokter gigi dan harus juga melihat keadaan anak kami di sekolah, konsentrasiku terpecah.
Akhirnya, satu per satu selesai.
Urusan dokter gigi kelar, langsung aku menuju sekolah.
Puji Tuhan, Odri baik-baik saja.
Sungguh bersyukur atas perlindungan Tuhan, bahwa tidak terjadi sesuatu apa pun.
Kupeluk dia, dan dia kembali ke ruang kelasnya, melanjutkan pelajaran di hari itu.

                                                                    ***

Tidak semua telepon kita harapkan.
Ada yang membuat sedih, kesal, marah, atau kuatir.
Walau ada pula kabar yang membahagiakan yang dibawanya...

2 Juni 1993, lebih dari 20 tahun yang lalu...

Telepon yang kuterima hari itu betul-betul mengejutkan.
Walaupun sudah setengah siap karena kondisi Papa yang cukup mengkhawatirkan selama enam tahun sebelumnya, namun dering telepon yang mengabarkan bahwa Papa harus pergi untuk selamanya, bukanlah sesuatu hal yang mudah kuterima.

Perasaan bahwa aku belum bisa membalas budi orangtua karena belum menyelesaikan pendidikan, masih tersimpan jelas di kala itu.
Namun, itulah kenyataan yang cukup menghentak.
Suka atau tidak, siap atau tidak, suatu saat kita harus mengucap selamat tinggal kepada orang-orang terkasih.
Bagiku, kasus itu adalah perpisahan dengan Papa yang tanpa terasa hampir memasuki tahun ke-21 di bulan Juni tahun 2014 ini.

Waktu itu aku belum menjadi seorang Katolik.
Juga belum mengenal Yesus secara pribadi.
Yang ada hanyalah kemurungan, kesedihan yang berlarut-larut.
Sulit menerima kenyataan, walaupun tahu harus berjalan dalam hidup ini...

                                                                     ***

Tidak semua dering telepon kita harapkan.
Juga seiring perkembangan zaman dan teknologi...
Pesan-pesan di WhatsApp, BBM messenger, atau aplikasi chatting lainnya...
Beberapa berita duka, berita tentang seseorang yang dekat dengan kita terkena penyakit parah yang belum ada obatnya, membuat kita tersentak.

Sekali lagi, pesan-pesan membahagiakan juga bermunculan di sana...
Ada berita kelahiran, kenaikan kelas, wisuda, pernikahan...
Ah, dering telepon yang membahagiakan pun mewarnai dunia kita...

Pada akhirnya, sebagaimana misa Rabu abu lalu, Fr. John Derrick Yap, OFM dari Gereja St. Mary of the Angels  Singapura berucap...
All that we have, one day is going back to ashes.
Only God and love that remain...

Dering telepon yang kita terima di masa depan, mungkin akan membahagiakan.
Mungkin pula akan mengecewakan, bahkan begitu menyakitkan.
Apa pun itu, mari tetap berpegang kepada Tuhan...
Percaya bahwa Yesus adalah Allah yang setia...
Persembahkan segala rasa...
Suka, duka, kecewa, dan bahagia...
Niscaya, ketenangan itu 'kan menyapa...
Tuhan ada, Dia akan memelihara...
Setiap dari kita, umat-Nya....

07.03.2014
fon@sg

Wednesday, March 5, 2014

God Will Provide

One day right in the beginning, we had no rice for dinner and then a lady came and brought rice. She said she was coming back from the office "and something in me told me to go to Mother Teresa and bring her rice." And so she brought rice. I said: "Please excuse me, I will measure first and then I will tell you." It was exactly the amount we cooked for dinner, no less, no more, not even half a cup. I told that lady what had happened and she began to cry. She was a Hindu, and she said, " To think that God used me, spoke in my heart. In the whole world, there are millions and millions of people, there are millions of people only in India, and God's concern for Mother Teresa." His tender love --- you must experience that... even when it is hard, when there is suffering, when there is humiliation.
(Where There Is Love, There Is God - Mother Teresa)

Di antara begitu banyak keindahan kasih Allah yang saya temui di buku Bunda Teresa yang berjudul Where There Is Love, There Is God  yang saya pinjam dari National Library Singapore ini, paragraf di atas sungguh membuat saya tersentak sekali lagi.
Betapa Tuhan begitu peduli dan menyediakan segala sesuatunya tepat dengan kebutuhan kita.

Sebagaimana yang kita baca, hari itu Bunda Teresa tidak punya beras untuk makan malam. Namun, ada seorang wanita yang mampir sepulang dari tempatnya bekerja. Ia mampir atas dorongan suara hati yang seolah menuntun dia menuju tempat Bunda Teresa dan membawakan beras.
Dan sungguh menakjubkan, beras yang dibawa oleh Sang Wanita tadi adalah jumlah yang pas dengan apa yang dibutuhkan oleh Bunda Teresa untuk makan malamnya.
Tidak kurang, tidak lebih, setengah cangkir pun tidak!

Mungkin, kita pernah mengalami hal serupa, walaupun tak sama persis.
Di mana Tuhan menyediakan yang kita butuhkan.
Tepat waktu-Nya, tidak kurang-tidak lebih...

Itulah jumlah yang kita butuhkan.
Mungkin kita butuh uang untuk membeli seragam anak sekolah atau membayar uang sekolah.
Mungkin kita perlu untuk membeli susu bayi yang baru lahir...
Mungkin, dan mungkin...
Berjuta kemungkinan yang bakal terjadi terlintas di kepala...

Betapa memang Allah sungguh peduli dan mengasihi segenap umat-Nya...
Betapa ayat berikut ini, bukanlah isapan jempol semata:
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu  menurut kekayaan   dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. 
--- Filipi 4:19

Sungguh bersyukur atas penyelenggaraan Tuhan dalam hidupku...
Dalam hidup kita...
Dia menyediakan yang kita butuhkan...
Bukan melulu yang kita inginkan...
Karena terkadang keinginan kita belum tentu yang terbaik bagi kita...
Mungkin itu hanya keinginan yang dilandasi egoisme pribadi...
Mungkin keinginan kita hanya untuk cari sensasi, membuat iri orang lain, atau keinginan yang mengarah kepada hal-hal yang lebih negatif ketimbang positifnya...

Selain itu pula, selain mempercayakan seluruh penyelenggaraan hidup kita kepada-Nya...
Ada baiknya juga bagi kita untuk belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Filipi berikut ini:

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri  dalam segala keadaan. 4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
--- Filipi 4:11-12

Mari belajar mencukupkan diri dalam segala hal.
Bukan melulu yang kita inginkan adalah yang terbaik bagi kita, melainkan yang kita butuhkan dan dianggap perlu oleh-Nya...
Ajar kami untuk bijaksana dalam mengelola segala yang Kautitipkan pada kami...
Termasuk manajemen keuangan...
Bimbing kami, Tuhan, untuk mempergunakan uang dengan bijaksana...
Sehingga tidak terjadi besar pasak daripada tiang...
Dan seberapa pun yang Kaupercayakan kepada kami, semoga kami bisa mempergunakan sebaik-baiknya untuk kemuliaan-Mu...
Bila yang berpunya mau berbagi dengan mereka yang berkekurangan...
Bila mereka yang menderita dan sengsara juga dipedulikan oleh sesamanya..
Alangkah indahnya dunia...
Betapa kasih-Nya terasa semakin hidup di dunia yang semakin hari semakin egois dan mementingkan diri sendiri ini...

Engkaulah Bapa yang penuh kasih...
Kami percaya penyelenggaraan-Mu..
Tuhan sudah sediakan yang kami perlukan...
Bagian kami hanyalah berusaha segiat yang kami bisa...
Dan dengan bijaksana, mempergunakan semua yang Tuhan berikan kepada kami, semoga demi tindakan kasih...

Penuhi hati kami dengan kasih-Mu...
Kepedulian-Mu...
Sehingga kami pun mampu peduli kepada mereka yang sungguh butuh pertolongan dan berteriak putus asa...
Sehingga mereka pun merasakan keindahan kasih-Mu di dunia ini...
Semoga...
Ya, semoga...

06 Maret 2014
fon@sg