Sunday, June 30, 2013

Mendengar Suara-Mu


 
Di hadirat-Mu, kubersujud

menikmati kehadiran-Mu

Kubuka hati saat ini 'tuk mendengar suara-Mu



Reff:

Firman-Mu Tuhan ya sungguh benar

menerangi jalanku

Firman-Mu Tuhan membentuk hidupku

Kubersyukur pada-Mu
(lirik lagu: Mendengar Suara-Mu)
 
Lagu itu bergema merdu di ruangan auditorium Blessed Sacrament Church hari ini. Saat kuhadiri misa minggu sore. Misa berbahasa Indonesia.
Sungguh membangkitkan kenangan lama akan lagu-lagu rohani semacam ini. 
Suddenly, a sentimental feeling fills my heart…
 
Sepertinya air mata sudah ingin turun, tetapi entah mengapa mengurungkan niatnya.
Keharuan sungguh menyelimuti hatiku.
Begitu rinduku, Tuhan, akan saat-saat itu…
Bersekutu, memuji dan memuliakan nama-Mu…
Begitu indah, begitu hening, begitu mulia-Nya Engkau..
Kurasakan pula begitu dekatnya Engkau di hati…
 
Setelah sekian lama aku tak lagi memiliki waktu untuk ikut aktif di kegiatan-kegiatan rohani…
Agaknya, ‘siraman kesejukan’ yang kurasakan sore ini sungguh patut kusyukuri.
Doa-doa harianku pun terkadang tidak selalu fokus, karena terbentur kegiatan mengurus anak plus kurang tidur yang sudah kualami setahun belakangan ini… Walaupun itu bukanlah alasan, namun kurasakan sedikit-banyak keadaan yang tak lagi sama seperti dulu dalam berelasi dengan-Nya. 
Satu hal yang kupegang, aku terus berusaha menyertakan Dia dalam segala kegiatan harianku. Segala yang kurasakan, segala pergumulan, segala kesukaan, segala keceriaan, kuingin berbagi hanya dengan-Mu, Yesusku…
 
Berbagai peristiwa, kelelahan, dan keraguan pun menerpa…
Hal-hal penting yang tengah kami tunggu saat ini…
Seputar pendaftaran sekolah SD anak kami yang akan datang sebentar lagi, sementara kepastian akan izin tinggal tetap kami di sini belumlah keluar…
Dan beberapa rencana penting terpaksa harus tertunda…
Kalau dulu pastilah aku sudah begitu kacau…
Sekarang? Walaupun secara manusiawi aku pun merasa lelah menunggu segala kepastian dari-Mu, Tuhan… Tetapi, tak kurang keyakinanku akan rancangan-Mu dalam hidupku…
Sebagian dari hatiku terus berbisik bahwa Engkau tahu yang terbaik bagi kami. Engkau pasti datang tepat waktu. Engkau pasti memiliki ‘ending’ bagi beberapa masalah yang tengah kami tunggu. Jauh lebih indah dari ‘ending’ yang kami kira akan terjadi…
Kuserahkan ini semua ke dalam tangan-Mu…
Dan biarkan saat ini, aku hanya ingin …
Bersujud pada-Mu…
Menikmati kehadiran-Mu…
Dan…
Mendengar suara-Mu…
Biarlah aku membuka seluruh hati dan keberadaan diri-Ku…
Untuk-Mu…
 
30 Juni 2013
fon@sg

Tuesday, June 25, 2013

Haze (Kabut Asap)


Di akhir liburan, kami dihadapkan pada kenyataan bahwa Singapura tertutup haze (kabut asap) yang disebabkan oleh pembakaran hutan di daerah Riau.
Tentu saja saya cukup cemas, tetapi akhirnya memutuskan untuk pulang tepat waktu. Karena sekitar seminggu lagi, sekolah anak-anak akan segera dimulai kembali.

Perihal kabut asap ini, membuat saya pun ditanyai oleh beberapa sahabat mengenai kondisi kami dan keluarga. Sungguh terima kasih tak terkira atas perhatian Sahabat sekalian. Beberapa hari ini, cuaca Singapura cukup cerah, konon disebabkan oleh berubahnya arah angin, malah Malaysia yang menyatakan negaranya dalam keadaan darurat (‘state of emergency’) dikarenakan oleh kabut asap juga. Dan tentu saja, kita berharap keadaan ini segera pulih.

Misa Minggu Sore 23 Juni 2013, St. Bernadette Church @ Zion Road

Romo Sambodo, SS.CC membuka misa dengan sesuatu yang ‘up to date’ dan merangkainya dengan indah.
Seperti Singapura yang ditutupi kabut, asap… Begitu pun kondisi hati kita yang sering tertutup kabut dan asap sehingga tak mampu melihat dan merasakan kasih Allah dalam hidup kita…

Aku tersentak.
Begitu benar ungkapan itu.
Tak jarang kabut dan asap menyelimuti hatiku, hatimu, hati kita.
Sehingga pandangan kita pun tak jelas, samar-samar, tak tertuju pada-Nya.

Hari itu, aku sungguh berdoa agar Tuhan singkapkan semua kabut di hati yang menghalangi kasih-Nya masuk dan memenuhi hatiku.
Mungkin itu berupa kebencian, amarah, dendam, ataupun luka yang masih menganga…
Sungguh, kuingin itu semua berada dalam kendali. Bukan berarti aku melupakan itu semua seolah amnesia. Tentu saja bukan!
Tetapi, biarlah itu semua menjadi pelajaran bagi diriku sendiri. Membuatku belajar lebih baik lagi dalam hal mengasihi. Dan itu semua-agaknya- takkan mungkin terjadi tanpa campur tangan Allah sendiri.

Hari ini…
Konon hujan es batu mengguyur bagian Barat Singapura. Beberapa daerah seperti Bukit Batok, Jurong East, dan beberapa bagian lainnya merasakan hujan es batu itu. Sekitar tempat tinggalku tidak, walau terlihat begitu hitam mendung yang menggayuti langit sore ini…
Kabut sudah berlalu, namun mungkin akan kembali.
Berganti hujan es batu yang memenuhi hari sebagian warga di sini…

Aku tetap berdoa agar segala musibah ini bisa berlalu.
Paniknya rakyat di sini yang memburu masker N95. Keadaan yang begitu berasap yang bahkan terasa sampai di dalam tempat tinggal- seolah tetangga sedang bakar-bakar kertas, semoga tak lagi mengisi hari-hari ke depan nanti…

Dan aku pun berdoa…
Agar damai Tuhan menghampiri setiap hari…
Agar kasih-Nya mengisi setiap relung hati…
Agar setiap kerinduan akan-Nya tak lagi tertutupi…
Ya Tuhan, bukalah mata hati kami…
Jangan ada batas-batas itu lagi…
Kabut asap silakan pergi…
Biarlah mentari kasih-Nya yang ganti menyinari…
Pancaran kelembutan yang indah dan begitu dinanti…
Setiap insan manusia di bumi ini.

25.06.2013
fon@sg

  • badai pasti berlalu. Kabut asap pun begitu #in faith I believe in You.