Tuesday, December 18, 2012

It’s December!




The weather is getting colder as we're reaching December.
The rain becomes heavier. And most of the time I can see and smell the wet soil that I love so much.
Yes, it's December again- one of the months that I always look forward to.

Last year I was still in Vietnam.
I enjoyed the beautiful Ho Chi Minh City's decoration in welcoming the Christmas. As I was experiencing Christmas for 3 times there, of course those memories were still in my heart and mind. All around the city district (especially in District 1) was full of lights and decorations. I can still remember the warmth and the simplicity there. From Dong Khoi to Nguyen Hue, in the centre of the city near Thuong Xa Tax (Saigon Tax Trade Center), city hall area, Saigon Notre Dame Cathedral, Vincom Plaza, and even in the Crescent Mall in District 7 (Phu My Hung area), all the surrounding was just so merry!



This year, I thank God for December again.
And this time, my December is in Singapore again.
I had been experiencing some Decembers in Singapore last time before moving to Ho Chi Minh City and I have to say that it's still as pretty as ever!

The decorations and the Christmas atmosphere in big shopping malls and along Orchard Road are still the best ever! The huge Santa's sleigh in front of Tanglin Mall, the big green Christmas tree in ION Orchard packed with purple colour decorations on it, and the sparkling golden-orange decoration in Paragon are definitely breathtaking and made me smile.
Thank God for everything!



As much as I want to enjoy all the things in front of me, deep down in my heart I keep reminding myself to remember Christ as the centre of Christmas celebration.  Of course it's kind of hard, not to get distracted during the festive season, but I try my best to wait on the Lord. Preparing my heart to welcome Him is the most valuable and important thing to do in this Advent seasons. Not only the Christmas Carols, not only preparing Christmas programs, not only preparing Christmas gifts for the loved ones…
But more than all of the things, I remember one more time…
Christmas won’t be  complete without CHRIST.

Then, I came across a wonderful writing of Friar John Soh, OFM from the parish of Saint Mary of the Angels in western part of Singapore in the form of parish bulletin, which was very inspiring. I also found that He did mention about the modern and contemporary interpretation of St. Paul’s letter to the Corinthians as follows:

Love, 1 Corinthians 13 Style

If I decorate my house perfectly with plaid bows, strands of twinkling lights and shiny balls, but do not show love to my family, I'm just another decorator.

If I slave away in the kitchen, baking dozens of Christmas cookies, preparing gourmet meals and arranging a beautifully adorned table at mealtime: but do not show love to my family, I'm just another cook.

If I work at a soup kitchen, carol in the nursing home, and give all that I have to charity; but do not show love to my family, it profits me nothing.

If I trim the spruce with shimmering angels and crocheted snowflakes, attend a myriad of holiday parties and sing in the choir's cantata but do not focus on Christ, I have missed the point.
Love stops the cooking to hug the child.

Love sets aside the decorating to kiss the spouse.

Love is kind, though harried and tired.

Love does not envy another's home that has coordinated Christmas china and table linens.

Love does not yell at the kids to get out of the way, but is thankful they are there to be in the way.

Love does not give only to those who are able to give in return; but rejoices in giving to those who cannot.

Love bears all things, believes all things, hopes all things, and endures all things.

Love never fails.

Video games will break, pearl necklaces will be lost, golf clubs will rust; but giving the gift of love will endure.

~ written by Sharon Jaynes



As Fr. John says, love is the essence of what Christmas is all about…
The question is: have we managed to bring the love into our family?

God so loved the world that He gave His only son to this world.
And how about us, have we prepared ourselves and fill our hearts with love in this Christmas?
We still have some time.
Hope that this Christmas will bring more joy and love into our family and the people surround us. And more importantly, hope that this Christmas will be a new beginning for us to share God’s love in this world. So that the people who meet us will find that everyday is a Christmas day (quoting Fr. Richards Ambrose’s homily from Church of the Holy Cross), because they could see the Christ in us.

Greetings from Singapore.
God bless all of us.

December 19, 2012
-fon-

Monday, December 10, 2012

Past, Present, and Future




Look at the past with gratitude, look at the future with confidence.
(Fr. Richards A., 2nd Sunday of Advent ‘s Homily).

Ini bukan pelajaran Grammar (Tata Bahasa) dalam Bahasa Inggris, lho:)
Sekali lagi, bukannn:)
Namun, ketika mendengar homili dari seorang Pastor di salah satu gereja di Singapura ketika Misa Minggu Adven yang kedua kemarin, mau tidak mau, judul ini yang terlintas di kepala saya.

Sebagai seorang melo alias melankolis, saya sungguh tahu betapa saya suka bermain di masa lalu. Masa lalu yang indah dan menyenangkan. Yang terkadang begitu sulit untuk dilupakan...

Juga atau bahkan terutama masa lalu yang begitu menyakitkan. Bagian yang 'sakit' itu sering diputar entah disengaja atau tidak oleh pikiran saya dan membuat saya senang berkubang di dalamnya. Termasuk dengan orang- orang yang pernah begitu menyakiti saya di masa lalu itu seolah akan tetap menyisakan luka yang begitu sulit terobati.

Saya sadar itu bukanlah hal yang patut dibanggakan. Dan saya belajar untuk melangkah, keluar dari lingkaran amarah, luka dan dendam. Yang tentunya jika saya lakukan sendiri amatlah sulit terjadi (bisa jadi merupakan hal yang mustahil), tetapi hari ini saya kembali diingatkan bahwa bersama Tuhan, itu semua pasti dimampukan oleh-Nya asal saya pun menyerahkan semuanya kepada Dia.

Gemilang ataupun suramnya masa lalu kita tetaplah mempunyai sisi baik. Homili Fr. Richards hari ini membuat saya tersadarkan bahwa masa lalu jangan melulu dipandang dalam bentuk 'luka' melainkan harus tetap dipandang dalam kerangka syukur. Sebagai umat beriman kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dan itu berarti termasuk di dalamnya masa lalu yang mungkin bagi kita penuh kepahitan. Bukan berarti masa lalu itu tiada gunanya, melainkan segalanya pasti terjadi untuk sesuatu tujuan. Dan tujuan itu adalah baik di dalam pandangan-Nya.

Dengan demikian, saya menjalani hari ini dengan penuh sukacita.
Saya percaya bahwa Tuhan sudah siapkan segala sesuatunya, bagian saya adalah tak henti mencoba dengan pantang menyerah.

Dan mengenai masa depan kita?
Di dalam iman kita kepada-Nya, kita percayakan semuanya.
Percaya bahwa masa depan kita aman di tangan-Nya, lagi-lagi tanpa dalih untuk berhenti berusaha karena itu tidaklah bijaksana. Terus memberikan yang terbaik itu akan menyukakan hati-Nya.

I surrender my past, present and future into Your hands, O Lord.
Because I believe that everything works together for good in Your hands..

Amen.

9 Desember 2012
-fon-
Di sebuah café tradisional di sini, ditemani secangkir milk tea dan kaya toast di sore hari:)
still@sg

Thursday, August 16, 2012

For God is love


For God is love

Rain or shine
Happy or sad
In good times or bad times
Let me worship and praise You

Things will never be the same
Because of You
I’m so lucky
So thankful
Can’t stop being grateful
When I found You

All the loneliness has changed
Into a very warm heart
That’s filled with love
It happened when You came into my life
Because You are the source of true love

Episodes by episodes
Chapters by chapters
I’d like to surrender this book of life
to You, my Creator. (-fon-)


Karena Allah adalah Kasih

Hujan atau cerah
Bahagia atau bersedih
Dalam masa-masa yang menyenangkan atau tidak
Biarlah aku menyembah dan memuji-Mu

Semua takkan pernah sama
Karena-Mu
Aku sungguh beruntung
Begitu berterima kasih
Tak bisa berhenti untuk bersyukur
Ketika aku berjumpa dengan-Mu

Segala rasa sepi sudah berganti
Menjadi hati yang begitu hangat
Yang dipenuhi cinta
Hal itu terjadi ketika Kau hadir dalam hidupku
Karena Engkau adalah sumber cinta kasih sejati

Episode demi episode
Bab demi bab
Aku ingin mempersembahkan buku kehidupan ini
Kepada-Mu, Penciptaku.

17 Agustus 2012
fon@sg
*** Indonesia merdekaaaa:)

Thursday, July 26, 2012

Ja-Im



*** Psssttt…Bukan Jaga Image J

Hari-hari belakangan ini, agaknya godaan menjadi semakin berat. Beberapa kisah yang sering kita dengar, membuat kita mengernyitkan kening dan  mengelus dada…. Bukan main, dunia ini sungguh hebat dalam rayuannya. Pertanyaannya: mampukah kita bertahan?

Kisah Ali Topan – yang Bukan Anak Jalanan

Ali Topan (bukan nama sebenarnya) adalah seorang yang setia. Dia cinta mati pada istrinya. Ketika istrinya dinyatakan tak bisa hamil, dia bilang… “ Gak pa pa, Dik…Kita bisa sampai mati berdua saja… “
Ohhh, so sweet! Cinta memang memampukan orang menerima segalanya.
SEGALANYA???
Nanti dulu…

Sebuah reuni yang membawa Ali bertemu kembali dengan cem-ceman semasa SMU, membuatnya kembali ke masa lalu. Cinta yang dulu seolah tak bersambung kisahnya, kini seolah mendapatkan angin segar. Buat Ali, Blackberry menjadi alat komunikasi dan perselingkuhan yang paling efektif. Perlahan tetapi pasti, dia menjauhi istrinya sendiri dan mengingkari janji perkawinan mereka. Ali Topan yang dulunya setia, sekarang sudah mulai mendua…

Salah siapa? Teknologi? Blackberry? CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)?
Atau hanya karena dia mempergunakan banyak alasan plus fasilitas dan memilih tidak ja-im (jaga iman)?  Ingkar akan kesetiaan yang sudah dia janjikan di depan altar untuk istrinya?

Mudah bagi kita untuk berkelit.
Bukan hanya soal kesetiaan pasutri. Juga ketika browsing internet, mau melihat hal-hal yang berbau pornografi yang begitu gampang diakses di sana? Atau  memilih menelusuri hal-hal yang positif dan baik bagi perkembangan diri kita? Akankah kita memilih tetap jujur di lingkungan kerja yang korup, dengan resiko kehilangan pekerjaan yang merupakan mata pencaharian satu-satunya karena pasangan tidak bekerja? Atau malah ikut arus, yang penting saya selamat? Tidak mudah memang ketika berhadapan dengan pilihan-pilihan tersebut… Dan bagaimanakah kita seharusnya dalam menentukan pilihan?

Setiap saat, kita bisa dihadapkan pada godaan-godaan…
Dan setiap waktu pula, kita harus menetapkan pilihan-pilihan. Kita mungkin saja tergoda, tetapi akankah kita terus berada dan terbuai dalam godaan-godaan tersebut? Mana iman kita sebagai pengikut-Nya yang sejati? Mudah bagi kita untuk bicara tentang Kitab Suci dan mungkin hafal ayat-ayatnya, aktif di acara kerohanian,  atau terlihat sebagai sosok idola di masyarakat… Tetapi, siapakah yang kenal hati kita? Manusia bisa menilai apa saja, tetapi Tuhanlah yang paling tahu hati setiap insan manusia… Bukankah iman tanpa perbuatan adalah mati? Segala pengetahuan, segala kehebatan, akan jadi nol besar, ketika dihadapkan pada keseharian sikap kita yang terlihat begitu nyata bagi orang-orang di sekitar kita…

Menjaga iman adalah penting. Sekaligus menjaga kekudusan di tengah dunia yang bengkok dan menawarkan begitu banyak jalan pintas dan kepuasan sesaat.

Mari kita sama-sama saling mendoakan agar kita bisa ja-im, menjaga iman kita…  Ingatlah kebaikan-Nya… Jangan kita lari dari-Nya ketika bermasalah dan berbeban berat… Lalu kemudian mencari alasan  atau kesenangan sesaat untuk berpaling dari-Nya….

Salam kasih. Mari berjuang untuk Ja-Im (baca: jaga iman) di dunia  yang menawarkan berjuta godaan. Semoga kita dipimpin hikmat Tuhan ketika harus melakukan pilihan-pilihan, sehingga bisa memutuskan dengan bijaksana.

With God, there’s no mission impossible. Anything is possible with Him.

24th of July 2012
fon@sg

Tuesday, July 3, 2012


Stroller – The Lost and Found Story

First of all, let me share you a story.
Ehm, cuapek ya pake Bahasa Inggris, pake Bahasa Indonesia yang rada gaul aja deh, ya… Hari ini tanpa EYD – Ejaan yang Disempurnakan, lagi libur dulu hehehe…

Alkisah, dari Vietnam ke Jakarta, kami yang membawa dua anak juga bawa baby stroller alias kereta dorong bayi. Di Vietnam, kami kira stroller akan sampai langsung di Jakarta karena pas mau naik pesawat ditanyai, “ Stroller mau ke mana?”  Suamiku menjawab, “ Ke Jakarta saja.”
Oke dehhh… Setelah itu, pas transit di Singapura, tentunya kami tidak lagi memikirkan stroller kami yang berwarna merah maroon itu. Sekaligus memanfaatkan juga fasilitas stroller ‘Combi’ di Changi Airport - Singapura yang berwarna putih susu. Bisa buat ndorong anak sekaligus juga dimuatin barang. Why not?

Sesampainya di Jakarta, keluar pesawat dengan tangan hampa. Menurut pihak sekuriti pesawat, stroller biasanya kalau gak ada pas turun pesawat, adanya di tempat pengambilan bagasi. Ya sutra, mari menunggu (lagi). Dengan kondisi badan yang capek dan anak-anak yang juga sudah agak kelaparan. Lagi-lagi harus menunggu.
Sampai bagasi terakhir keluar, stroller maroon kami masih tidak ketemu. Gak tau ke mana, yang pasti setelah itu kami laporkan ke pihak ‘lost and found’. Yang bilang kalau nanti ada 2 pesawat lagi dari Singapura yang bakal ke Jakarta. So, kalo ketemu, pastinya langsung diantar ke rumah.

Antara percaya-gak percaya. Setengah rela membiarkan stroller itu raib.  Satu sisi ya sayang juga…Karena masih dibutuhkan untuk anak kedua kami.

Sabtu paginya, jam 8.30.
Stroller sudah diantar ke rumah dengan selamat.
Yippiiieee, horeee…
Thank God! Luar biasa banget… Juga buat Santo Antonius yang somehow selalu aku pasangi lilin ketika di Gereja Saigon Notre Dame Cathedral, kupercayai juga sebagai Santo ‘lost and found’ yang selalu membantu mereka yang mendoakan hal-hal kehilangan kepada beliau.

***

Pas mau ke Singapura dari Jakarta, dengan pengalaman stroller yang terhilang sebelumnya, jadi aku putuskan untuk langsung ‘check-in’ ke bagasi pesawat saja. Diwarnai ‘heavy traffic’ karena liburan sekolah juga penundaan demi penundaan, hari itu banyak kejadian juga…Pesawat rusak, baling-baling pesawat kemasukan burung yang lagi terbang…O M G deh pokoknya…! Oh My God hehehe…

Eniwei, udah capek nunggu seharian juga… Sampai di Singapura tengah malam akibat delay, masih harus menunggu stroller (lagi). Kayaknya nih stroller minta dibikin film seri gitu deh:)
Akhirnya, kembali: stroller kami dinyatakan hilang. Tapi, karena kondisi semua sudah teler kecapekan. Jadinya, stroller kami relakan menginap di mana pun dia berada hari itu.

***

Dua hari berikutnya, iseng-iseng aku menelpon maskapai penerbangan bagian ‘lost and found’ di bandara Changi.
Ada gak ya, stroller warna maroon bermerek XYZ itu?” tanyaku.

“ Namanya ada Jodi something gitu, ya?” katanya…

“ Yesss…thank you.”

Kututup telepon dengan bahagia. Terima kasihhh, Tuhan… Ini kejadian bukan sekali, tetapi dua kali stroller yang hilang diketemukan kembali…Amazinggg!!!

***
Aku koq ya jadi teringat, betapa kita pernah menjadi anak-anak yang hilang dan jauh dari-Nya… (Dengan merenungkan kejadian sekali, dua kali stroller terhilang yang kemudian diketemukan lagi…).

Tetapi, Dia selalu rindu untuk menemukan kita kembali… Jadi ingat lagu Amazing Grace yang liriknya sebagai berikut:

Amazing Grace, how sweet the sound,
That saved a wretch like me.
I once was lost but now am found,
Was blind, but now I see.

Yes, God…
We’re all once lost but now are found…

Teringat juga perumpamaan anak yang hilang dari Lukas 15:11-32, Bapa akan menyambut setiap dari kita yang terhilang ketika kita ingin pulang, kembali ke jalan-Nya…

Finally…
Last but not least…
Terima kasih, Tuhan buat semua kejadian ini. The lost and found stroller… Yang membuatku teringat bahwa kita semua punya cacat, cela, dosa, kebodohan-kebodohan di masa lalu… Juga timbunan kekecewaan terhadap-Nya…Kita mungkin berusaha lari dari-Nya, maunya kaburrr ajahhh…
Tetapi, ketika kita berniat untuk kembali, Tuhan selalu akan menerima kita lagi… Semoga ini pun bukan jadi alasan untuk berbuat dosa sebanyak-banyaknya karena Tuhan tokh pasti mengampuni dan menerima saya lagi… Jangan take it as a granted gitu donk, ah… Please, deh
Mari kita hidup yang terbaik bagi Dia, karena Dia sungguh sudah begitu baik bagi kita…

Oke dehhhh, udahan dulu ya  
Sekian Fonny melaporkan not-so-breaking news di malam ini. Semoga bermanfaat untuk sedikit-banyak kita renungkan.

4th of July…
fon@singapore

* bisa diliat juga di blog saya kalo sempet dan ada waktu… Kalo gak, juga gak pa-pa, ini pemberitahuan bukan pemaksaan hahaha…Pissss, ahhh:)

Monday, May 14, 2012

Jesus It Is You




Jesus It is You

Jesus It is You
By: True Worshippers

Verse 1:
Who makes the sun to rise
And bring earth new life in every beam
Jesus it is You
Who turns the day to night
And watches me as I begin to dream
Jesus it is You

Who brings me food for my table
Who cares for all of my needs
Who walks the road with me
Has grown with me
Through all that I have been
Jesus it is You
Jesus it is You

Dasar melo…. !
Tukasku dalam hati… Denger lagu begini aja udah mau nangis…Hiks…!
Mungkin masalah ‘timing’ juga sih, ya… Bertepatan dengan 2.5 tahunnya kami di negeri Vietnam ini…Dan kepindahan yang sudah di depan mata.
Aku tahu dan amat sadar, ketika aku melangkahkan kaki ke negeri ini, takkan selama-lamanya kami sekeluarga akan berada di sini. Semua ada batas waktunya. Sekitar 2-3 tahun lamanya. Dan kini, masih di tengah ketidakpastian akan kapan kami akan berangkat dari Ho Chi Minh ini, hatiku sempat bergejolak juga…Namun, kucoba tenangkan diri sekali lagi dan mendengarkan lagu indah ini. Kalau sampai aku berada di sini, itu adalah karena tuntunan-Mu. Jesus, it is You who brought me here. And into Your Hand I’m surrendering my life ! I believe that You’ll give us nothing but the best. Yes, hanya yang terbaik yang Kausediakan bagi kami. Yang terbaik dalam rancangan-Mu.

Teringat betapa aku pribadi mengalami kesulitan bahasa selama di sini. Kendala bahasa menjadi hal yang cukup membuat frustrasi di awal kepindahan kami di sini.  Bahasa Inggris yang tak umum dipakai, juga Bahasa Vietnam yang tak mudah dipelajari walaupuan tulisannya mirip alfabet Indonesia. Tetapi, karena ada 6 intonasi, jadi rasanya gak pernah bener dehhhh ngomongnya…

Tiga bulan pertama, rasanya pasti mau pingsan. Semua teman yang baru pindah ke sini merasakan hal yang sama. Belum kenal medan, belum mengerti kotanya, ditambah komunikasi yang jadi kendala. Namun, perlahan tapi pasti….Tuhan bukakan jalan… Sahabat satu per satu ditambahkan… Termasuk komunitas Indonesia di sini yang cukup solid… Juga banyak sahabat dari teman bermain anak kami yang tak kami sangka-sangka bisa kami temui, malah menjadi sahabat baik… Sungguh, Tuhanlah yang sediakan semuanya. Saya percaya itu…!

2.5 tahun bukan waktu yang lama, walaupun juga bukan merupakan waktu yang singkat. Dipotong masa kehamilan awal saat saya berada di Jakarta di tahun 2010, total keberadaan saya di Ho Chi Minh City ini hanya sekitar 2 tahun. Tetapi, memang… Tak pernah mudah untuk bilang usai, ‘tuk ucap selamat tinggal pada episode kehidupan saya di sini. Sudah di atas 2 tahun, pastinya ada rasa ‘terlanjur sayang’. Pada komunitas Katolik di sini, para sahabat, Suster, Romo dan teman-teman semua. Pada kota ini, pada restoran dan makanan Vietnam yang sudah jadi teman kami sehari-hari…. Pada mereka yang membantu kami selama di sini, ‘babysitter’ dan yang bersih-bersih rumah… Really, saying good bye is never easy…

Tetapi, kupercaya, ya Tuhan…
Setiap perjalanan hidupku ada di tangan-Mu.
Sehingga ketika Kau mengirimkan aku ke sini, pastilah ada dalam perencanaan-Mu…
Sebagaimana sulitnya ‘tuk bilang usai pada satu episode di HCMC ini, sekaligus mengucap selamat datang pada episode baru kehidupan kami dan keluarga yang Tuhan sudah sediakan…

Tiada yang bisa saya lakukan, kecuali menjalani semuanya dengan iman kepada Tuhan. Bahwa segala sesuatu bukanlah kebetulan. Di mana pun kita ditempatkan. Masalahnya, semoga waktu yang singkat dan tak pernah bisa ditebak kapan berakhir ini, bisa menjadi momen yang manis dan membuahkan sesuatu yang berarti…Setidaknya manis untuk dikenang dan menciptakan memori yang membekas di hati…

Chorus:
I lift my hands
I bring my songs
All of my days
All of my rights, all of my wrongs
I offer my life
Here and beyond
To the One thing true
Jesus it is You

Kupersembahkan hidupku, Tuhan…
Di sini, di Singapura, atau di mana saja Tuhan tempatkan kami dan keluarga…
Biarlah kami memuliakan nama-Mu saja…
Serta mempersembahkan semuanya sebagai persembahan yang terbaik…
Kepada Sang Sutradara kehidupan kita semua…
Jesus, it is You…

Ucapan syukur dan terima kasih tak terhingga kepada semua sahabat yang sudah Tuhan perkenankan kami untuk berjumpa di sini. Sehingga menambah ‘circle of friends’ kami… Juga, untuk setiap kebaikan dan kehangatan selama di rantau, yang tak pernah kami mampu balas…Hanya doa dengan tulus, semoga sahabat-sahabat kami, terutama di komunitas Katolik Indonesia di HCMC, tetap bersatu dan terus menebarkan kasih-Nya…

Juga seucap maaf untuk setiap kesalahan yang kami perbuat… Bagi disengaja maupun tidak… Semoga kasih Tuhan tetap menciptakan perdamaian di antara kita…

Salam hangat. Tetap semangat… Saya percaya, di mana pun Tuhan tempatkan kita adalah yang terbaik dari-Nya… Di mana pun saya ditempatkan, saya akan tetap berusaha tetap menuliskan kasih-Nya, setiap kebaikan-Nya dalam hidup kita manusia… Walaupun mungkin tidak bisa selancar dulu, tetapi semoga saya tetap bisa komit, menulis bagi kemuliaan-Nya.
Last but not least…
Saya percaya, jika Tuhan izinkan.. Dia akan mempertemukan kita dalam satu babakan kehidupan (lagi), jika itu sesuai kehendak-Nya…

Love in Christ
HCMC, April-Mei 2012
-fon-

Sunday, April 22, 2012

Peace be with You




Bagian salam damai di misa terasa ringan hari ini. Memandangi kiri-kanan, sebagian orang Vietnam, mereka yang berambut pirang dan Filipino di Saigon Notre Dame Cathedral ini, begitu mudah bagiku untuk bilang ‘Peace be with you’. Damai Tuhan bersamamu…

Senyum ke mereka, tanpa jabat tangan. Karena di Vietnam sebagaimana di Singapura, kebiasaannya hanyalah menganggukkan kepala penuh hormat, tanpa jabat tangan yang hangat. Tetapi, tak mengapa senyumku masih meriah. Sumringah. Damai Kristus kubagikan padamu, wahai saudaraku. Mudah, karena mereka tak pernah menyentuh hidupku. Kita hanya jumpa di sini, detik ini, hari ini. Kemudian? Aku tak tahu.  Hanya sampai di situ.

Imajinasiku mengajakku terbang sebentar saat itu.
Kubayangkan di sebelahku, kanan-kiriku penuh orang-orang yang pernah secara sengaja ataupun tidak melukai hatiku. Ada Si Agus yang berubah sombong dan jadi sering menghina teman-temannya termasuk diriku, ada Si Vitria yang sering bergosip tentang aku, ada saudara dan kerabat yang sering menyakiti hatiku. Tiba-tiba aku terdiam… Mampukah aku masih mengucap salam damai tanpa beban, seperti yang baru saja kulakukan kepada orang-orang yang tak kukenal?

Masih dalam diamku, aku berbisik kepada-Mu.
Aku tahu, Tuhan… Aku takkan pernah mampu jalan sendiri…
Aku butuh bantuan-Mu dan kasih-Mu untuk melakukan semuanya itu. Tetapi, sebagaimana kusadari tak sempurnanya diriku, aku pun bisa menjadi orang yang menyakiti orang lain, disengaja maupun tidak…
Maka, Tuhan…
Aku berdoa dan memohon kepada-Mu…
Semoga kasih-Mu membalut luka hatiku. Tak kupungkiri, aku pernah bahkan sering terluka… Tetapi, aku pun sadari, kasih-Mu tak pernah kering bagi mereka yang selalu mencari wajah-Mu…

Seandainya di misa hari ini ada Si Agus, Si Vitria, dan Si Oom dan Tante kerabatku yang sering melukai hatiku…
Aku takkan sombong dan bilang aku pasti bisa bersalam damai dengan mereka. Karena kalau pun aku bisa, itu pasti hanya pura­-pura kuat. Agar aku tak terlihat lemah. Tetapi, hanya dengan mengandalkan kasih-Mu dan menyerahkan seluruh luka di hatiku… Kubiarkan Engkau yang membalut lukaku, memelukku, dan membangun kembali kekuatan itu…
Dengan cinta-Mu…
“ Aku bersamamu, anakku…” Bisik-Mu di telingaku…

Aku mau memaafkan mereka, Tuhan.
Walaupun mereka sudah begitu menyakitiku….
Aku mau sembuh di dalam-Mu…
Aku yakin, selalu ada peluang untuk itu
bersama-Mu…

Salam damai bagimu yang pernah menyakiti aku
(ataupun yang pernah kusakiti, maafkan aku).
Aku tak selalu mampu untuk bangkit dari lukaku.
Tetapi kupercaya,  selagi ada keinginan kuat dalam hatiku
Biarkan aku terus berusaha dan mencoba, sekaligus percaya…
Di dalam Tuhan selalu ada harapan baru.


HCMC, 23 April 2012
-fon-
* kesamaan nama hanyalah kebetulan dan tidak disengaja. Mohon maaf sebelumnya…J Pisss donk ahhh…J

Wednesday, March 21, 2012

Susah


Manusia ingin hidupnya mudah…
Semakin hari, semakin banyak alat komunikasi yang memudahkan- yang membantu kita untuk semakin dekat, meski jarak kita berjauhan…
Semakin banyak jenis makanan instan yang prosesnya hanya tiga menit, bahkan kurang, lalu siap disantap…
Rasanya jarang ada manusia yang memilih untuk hidup susah. Apalagi di zaman sekarang ini, di tengah dunia yang semakin menyerukan hidup enak dengan segala kemudahannya…
Mungkin akan dianggap sebagai suatu kebodohan kalau kita mau saja hidup susah…
Tetapi, pada kenyataannya…
Pasti ada satu masa dalam kehidupan kita yang begitu sulit untuk dilalui… Kalau ada tombol ‘delete’, pengin dipencet dan hapuskan saja. Untuk selama-lamanya…
Mungkin itu adalah lembar hitam kegagalan yang dipenuhi berjuta penyesalan…
Mungkin juga itu adalah sebuah hinaan yang begitu menyakitkan hati dan bikin luka batin teramat dalam…
Mungkin itu suatu kebodohan diri yang mungkin sulit termaafkan bahkan oleh diri kita sendiri…
Mungkin itu adalah rentetan kejadian dukacita yang tak pernah kita rencanakan, tak pernah siap kita alami….
Sejuta mungkin bisa terjadi…
Dan kenyataan pahit harus dihadapi, bahwa hidup tak semulus yang kita mau… Tak seindah yang kita kira…
Di saat banyak orang menggemakan kesuksesan dan hanya kesuksesan….
Di saat kegagalan dianggap sesuatu yang tabu oleh banyak orang…
Saya tetap percaya, di tengah kegagalan sekalipun, Tuhan tidak tinggal diam…
Dia ada, bahkan selalu setia di setiap episode kehidupan kita…
Sayangnya, kita tak selalu sadar bahwa Dia selalu ada…
Terkadang, di saat susah, kita pikir Tuhan sudah mulai lupakan kita, karena sibuk dengan anak-anak-Nya yang lain…
Lalu berpikir, ‘kan anak Tuhan bukan cuma gw doang*menghibur diri mode on*
Tetapi, yang kita lupa: Tuhan tidak mungkin remove kita dari daftar pertemanan-Nya. Dia tidak akan unfriend kita. (Versi social network, Facebook J). Kalau sampai kita tidak lagi merasa dekat dengan-Nya…Mungkin kita yang unfriend Dia untuk sementara dan moga-moga tidak terlalu lama mencuekkan Dia…
Kegagalan, apalagi bertubi-tubi…Sering kali bikin frustrasi…
Tetapi, di dalam setiap kegagalan, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik…
Agar kita lebih baik lagi di lain kali…
Agar kita introspeksi…
Agar kita tetap rendah hati…
Karena kalau hanya sukses dan sukses melulu…
Mungkinnnn, kita bisa lupakan Sang Pencipta…
Dan tak lagi peduli pada-Nya karena menganggap diri kita hebat luar biasa…
Hari ini, saya sadar…
Tak perlu takut hidup susah…
Ketika kesusahan atau kegagalan melanda…
Tak perlu lari darinya….
Terima saja apa adanya (meski mungkin jalannya sangat sulit, menyakitkan dan berliku, tetapi secara berproses semoga kita bisa belajar menerima)…
Dan percaya bahwa Tuhan takkan tinggal diam.
Beberapa hari ini, ayat-ayat ini begitu menggema di hati saya…. Saya bagikan kepada teman-teman semua…
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
--- Mazmur 23:1-4
Sekalipun pada suatu ketika kita berjalan tak tentu arah…
Dalam lembah kekelaman…
Dalam kegelapan…
Dalam kegagalan…
Dalam kesesakan…
Dalam kesusahan…
Dalam begitu banyak ketidakpastian yang memusingkan kepala…
Janganlah kita menyerah…
Jangan pula takut untuk hidup susah…
Ingatlah kata pepatah: bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian…
Semua usaha yang kita lakukan hari ini, yang seolah sia-sia dalam pandangan kita…
Belum tentu tak ada gunanya di kemudian hari…
Yang terpenting: melakukan yang terbaik, terus berdoa, tak menyerah…
Suatu saat kesuksesan ‘kan menyapa…
Dan ketika kegagalan datang lagi, saatnya introspeksi dalam kerendahan hati (tak perlu sampai putus asa atau frustrasi), tetap percaya bahwa Tuhan selalu sertai kita dalam segala situasi….
Dialah gembala kita. Takkan ditinggalkan-Nya kita barang sedetik pun…
Selayaknya kita persembahkan segala susah dan senang kita, hanya kepada-Nya….
Walaupun pada kenyataannya, kita cenderung lupa pada-Nya ketika senang… Dan sibuk mencari-cari-Nya hanya ketika susah….
Hendaknya kita ingat juga untuk selalu menyertakan Dia dalam segala situasi hidup kita…
Tuhan selalu beserta kita. Sekarang dan selama-lamanya. Amin.
HCMC, 18 Maret 2012
-fon-

Thursday, February 16, 2012

The Whole Truth and Nothing but the Truth



Rihanna sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan lagu yang luar biasa enak buat goyang-goyang. Keren kata banyak orang. We found love. Bergema di saluran musik televisi yang konon kabarnya untuk orang muda. Segmen pemirsanya antara 12-34 tahun. Saya suka mendengar lagunya, tetapi ketika melihat video klipnya, Oh My God! Rasanya jengah. Anggaplah saya orang Timur yang masih memegang adat ketimuran, tetapi video klip Rihanna itu sulit bagi saya untuk menerimanya apalagi jika berpikir video itu ditonton oleh anak saya yang masih berusia sekitar 5 tahun yang misalnya tanpa sengaja memindahkan ke saluran itu dengan remote yang sudah fasih dipencet-pencet olehnya. Tak terbayangkan!

Videonya menampilkan Rihanna mendapatkan cinta (pacar, seks bebas, narkoba, rokok) di tempat yang tanpa harapan. We found love in a hopeless place adalah lirik yang terus didengungkan sepanjang lagu tersebut. Itulah interpretasi oleh sutradara video klip yang kita bisa saksikan di youtube ataupun di saluran musik mana pun. Saya hanya membayangkan (sekaligus menyayangkan) apabila yang menyaksikan adalah anak-anak di bawah umur, masih muda belia, anak-anak muda yang tidak kuat secara iman, tidak tahu, tidak mengerti… Akankah mereka secara bijaksana mengkaji, bahwa itu bukanlah cinta sejati? Atau malahan mereka akan terprovokasi oleh video-video semacam itu (juga dari artis-artis lainnya seperti Katy Perry dengan The One that Got Away, atau video-video artis mancanegara lainnya yang sungguh memprihatinkan karena menampilkan cinta (baca: keintiman) semasa berpacaran). Tidaklah mengherankan, jika itu yang terjadi, begitu mengejutkan pula hasil survei yang didapat sebagai berikut:

Hasil survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2008 di 33 propinsi mengenai perilaku seksual remaja masa kini menyebutkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, meraba alat kelamin atau melakukan oral sex, 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan lagi dan 21,2% remaja SMP dan SMA pernah melakukan aborsi.

Jujur saja, hati saya menangis ketika membaca hal ini. Belum lagi memikirkan nasib anak-anak kami, dua princess di hati kami yang keduanya perempuan. Mereka akan menjadi remaja dalam 5-10 tahun ke depan. Dan jika ini adalah gambaran yang terjadi di masyarakat Indonesia saja saat ini, bagaimana dengan masa depan mereka nanti? Saya kira, walaupun tak terucapkan, banyak orangtua akan merasakan perasaan yang sama dengan saya. Tidak ada jalan lain, selain memberikan modal pengetahuan dan terus mendoakan mereka. Anak-anak kita. Yang dalam konteks yang lebih luas, adalah generasi muda harapan bangsa. Tentu saja, tidaklah menjadi sesuatu yang membanggakan misalnya menjadi ibu di usia 16 tahun. Mom at 16, yang kemudian dibukukan dan didokumentasikan oleh MTV, semisal kisah Ashley Salazar Bittersweet Blessing: 16 & Pregnant. Begitu banyak yang harus dipikirkan, dikorbankan, menjadi orangtua di usia sebegitu muda… Ya, Tuhan… Kasihanilah…

Juga info dari Badan Narkotika Nasional (BNN) sehubungan dengan peningkatan pengguna narkoba, agaknya cukup membuat kita mengerutkan kening:

Disampaikan Kepala BNN Gories Mere dalam sambutannya di Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), dalam survei BNN sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 adalah 1,99 persen dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun atau sekitar 3,6 juta orang.

Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,21 persen atau sekitar 4,02 juta orang. Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta orang.

Dan kemungkinan penggunanya pasti lebih banyak lagi, yang belum tersurvei.

Menghadapi kenyataan yang sedemikian mengkhawatirkan, apakah kita harus tinggal diam? Tentu saja tidak! Sebuah buku kecil yang inspirasional dan membukakan mata kita hadir sudah. You Deserve the Truth. Sebuah rangkaian ceramah dari True Love Celebration (TLC) di tahun 2010 semoga bisa menjadi jawaban atas segala keresahan kita. Dengan berani TLC membongkar kenyataan yang sesungguhnya, bukan berdasarkan apa yang ditawarkan dunia. Bersumberkan Theology of the Body (Teologi Tubuh) yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, seolah menjadi suatu oase yang menyegarkan. Memberikan ketenangan di tengah dunia yang sungguh berantakan.

Oleh media tertentu, seks telah dimanipulasi. Seks oleh pihak-pihak tertentu, seperti pemilik majalah Playboy –Hugh Hefner telah dikacaukan dari artinya semula. Simak apa kata Riko Ariefano tentang seks di buku ini.

Orang suka bilang seks enak, saya bilang gak enak. Yang enak itu makan sate kambing. Orang suka bilang seks seru, saya bilang gak seru. Piala dunia itu baru seru. Seks bukan sekadar enak atau seru. Sex is holy, bukan sekadar masalah enak atau seru karena waktu suami dan istri melakukan hubungan seks ini adalah peristiwa mewujudnya janji di atas altar. Cowok janji bakal sayang dalam sehat, senang dan sukses, cewek bilang aku cinta kamu..bla bla bla. Seluruh janji di atas altar hanya kata-kata, tapi waktu memberikan diri secara utuh dalam pernikahan janji ini mewujud dalam hubungan seks suami istri, sehingga seks menjadi perwujudan total pemberian suami dan istri, seks menjadi perwujudan tanda cinta kasih.

Bersama Romo Deshi Ramadhani SJ, Yurika Agustina, juga Lia B. Ariefano, Riko dan para pembicara lainnya menginspirasi saya. Yang sudah lama ‘ketinggalan kereta’ akan perkembangan pengajaran-pengajaran terbaru karena berada jauhhh di negeri yang berbeda. Yang juga rindu akan kebenaran-kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang memerdekakan untuk bekal diri, juga untuk anak-anak kami di masa depan nanti, dan secara lebih luas tentunya untuk generasi muda kita di masa-masa mendatang.

Teologi tubuh adalah jawaban, di tengah dunia yang menggembar-gemborkan hal-hal yang keliru seputar seks, pornografi, masturbasi, juga relasi antara suami-istri yang seharusnya loving instead of using (mencintai dengan tulus, bukan ‘memakai’ untuk kepentingan pribadi). Chastity (kemurnian) adalah hal yang harus dijaga, dipersembahkan kepada pasangan kita sesudah menikah. Bukan menjadi ajang uji-coba semasa pacaran. Terus berupaya untuk menjaga kekudusan di tengah dunia yang menawarkan sejuta godaan. This is the answer for a better generation in Christ!

Dunia butuh pembebasan. Dunia butuh kebenaran. Kebenaran utuh, yang sesungguhnya… The whole truth and nothing but the truth, bersumberkan kepada mengembalikan tubuh kepada konteks penciptaan Allah sejak semula. Bahwa semua diciptakan baik adanya bukan kemudian dimanipulasi untuk keuntungan pihak-pihak tertentu. Semisal pemilik situs pornografi atau pemilik majalah porno. Bukan untuk mereka!

Buku kecil yang berefek raksasa bagi saya ini, semoga bisa memberkati pula banyak orang. Sungguh membukakan mata dan mengubahkan persepsi saya pribadi. Highly recommended untuk setiap insan yang rindu akan kebenaran. Karena We deserve the truth! The whole truth and nothing but the truth!

Ho Chi Minh City, 17 Februari 2012

-fon-

* Terinspirasi buku You Deserve the Truth, Flamma, Domus Cordis, 2011 yang baru selesai saya baca semalam. Small book with a giant inspiration to change perspective and create a better world for our future generation. Acungan jempol buat Domus Cordis, Riko and team, may God bless your ministry abundantly. Amen.