Saturday, April 13, 2013

Being Mom – Bekal




Setiap pagi saat masa sekolah, saya selalu menyiapkan bekal makanan bagi kedua putri saya.
Ada dua botol air minum  yang selalu saya siapkan, lalu juga ada kotak makanan…
Yang satu akan saya isi roti selai, yang satu lagi isi biskuit atau ‘snack’ lainnya. Kecuali Jumat, saya akan siapkan buah-buahan buat Si Kakak karena Friday is a Fruit Day di sekolah mereka. Setiap anak dianjurkan untuk membawa buah-buahan dan makan bersama teman-temannya di sekolah sebagai upaya hidup sehat.
Ya, anak-anak saya hanya bersekolah 2-4 jam per hari, jadi tak perlu makanan yang terlalu berat.
Dan anak kami yang tertua mendapatkan ‘lunch’ di sekolah.
Jadi, saya siapkan roti selai hanya jika dia ada les tambahan di sekolahnya, sekitar seminggu tiga kali.

Entah mengapa, kemarin, seolah kata ‘bekal’ itu begitu kuat di benak saya.
Saya memang membekali mereka dengan makanan jasmani…
Tetapi itu saja belumlah cukup…
Tak lupa pula, ‘bekal’ yang lebih penting untuk di kemudian hari, ketika suatu saat mereka menjadi dewasa nanti…
Bekal pendidikan, bekal  kasih Tuhan… Terus saya upayakan untuk ditanamkan di tengah seluruh kesibukan saya mengurus keluarga…
Tentunya tidak mudah, karena dalam kondisi yang kelelahan tak jarang saya pun sulit untuk selalu tersenyum ceria pada mereka.
Tak jarang pula upaya pendisiplinan mereka menjadikan saya harus menegur, mengingatkan, mungkin juga ‘marah’ agar mereka tetap berada pada jalur yang benar…
Menjadi orang-orang yang berkarakter baik dan terus menjadi perpanjangan tangan Tuhan di tengah kondisi masyarakat yang entah bagaimana di dua puluh sampai tiga puluh tahun ke depan…
Secara manusia, saya sadar, saya sangat terbatas.
Saya tidak sanggup jalankan segalanya sendirian…
Saya sungguh membutuhkan bantuan Tuhan dalam mendidik anak-anak karunia-Nya agar tetap di jalan-Nya…

Bekal…
Kata ini masih begitu meresap di hati…
Sampai di malam hari…
Ketika putri tertua kami, Odri, memeluk saya dan berbisik di telinga saya…
“ Mom, will you still love me when I'm older?”

Saya pun menjawab:
“ Of course, Odri. Mommy will always love you.”

Saya sadar, saya sungguh jauh dari gambaran Ibu yang sempurna. Tetapi, gambaran itu-jika memang ada- adalah perjuangan setiap hari dari setiap Mama… Entah seorang Ibu yang juga berkarier atau seorang Ibu yang sepenuh waktu menjaga anak seperti saya…
Karena dulu sempat bekerja, saya pernah pula merasakan keinginan untuk berpenghasilan lagi. Sekarang semuanya itu seolah tertunda, tetapi saya pun setiap hari berjalan dalam iman, bahwa Tuhan akan cukupkan. Bahwa Tuhan tahu waktu yang paling tepat kapan bagi saya untuk kembali bekerja kembali atau harus kerja dari rumah atau apa saja.
Saya percayakan kepada-Nya…

Setiap hari, saat ini, adalah pembekalan bagi dua putri-putri kami…
Di tengah keterbatasan saya, saya pun menimba kekuatan dari-Nya…
Tuhan yang Kuasa…
Yang akan selalu menolong setiap umat yang mencari wajah-Nya…

Dan malam hari, saat doa malam…
Saya kembali tersenyum saat Lala-anak kedua kami-berdoa dengan kepolosan seorang anak di usia dua tahun dan diucapkannya dengan cukup lancar…
Thank you, Jesus for today…
For Mama, for Daddy, for Lala, for Cie-cie Odri, for Teddy Bear, dan seterusnya- dan sebagainya…”

Tuhan, terima kasih.
Betapa setiap detik kusyukuri sebagai anugerah-Mu atas ‘motherhood’ yang dikaruniakan bagiku. Dengan segala tawa, canda-ceria, dan juga derai air mata yang mengiringinya…

Semoga Engkau membekaliku dengan kasih-Mu sehingga bisa berbagi kasih kepada kedua putriku dan orang-orang di sekitarku.
Amin.

12.04.2013
fon@sg

Monday, April 8, 2013

Ranting yang Patah


Ranting yang Patah

Sebatang ranting yang patah terkulai di antara rerumputan.
Lemah. Kering. Kecil. Seolah tanpa daya.
Mengingatkanku akan kehidupan itu sendiri.
Begitu rapuh. Fragile.
Dan begitu sementara saja.

Di masa lalu pastilah ranting itu pernah kuat.
Pernah pula dia bertumbuh dari masa kecilnya menjadi remaja, lalu menua.
Ya, seperti kita. Manusia.

Sementara itu rapuhnya ranting itu juga mengingatkanku akan perasaanku sendiri.
Bahagia yang seolah membuncah. Rasa yang membara di dada.
Sebentar saja bisa sirna. Begitu mudahnya.

Kesedihan yang menggantikannya pun sama.
Tak abadi. Walaupun mungkin begitu sulit dilalui.
Seolah secercah harapan yang dipegang detik ini, bisa berlalu begitu saja.
Ya, dalam hitungan detik.
Itu pun tak akan berlangsung selamanya.

***

Ranting yang patah itu tertiup angin.
Masih tergolek lemah. Tanpa daya.
Seperti kita di suatu ketika.
Yang pernah merasakan hati yang hancur berkeping-keping.
Terkadang bukan lagi berbentuk kepingan.
Irisan? Atau serpihan hati?
Hmmm, aku pernah merasakannya.
Dan itu memang menyakitkan…

Ranting yang patah itu pernah punya dahan yang kuat.
Dia pernah jadi bagian suatu pohon yang begitu kuatnya.
Beruntung kita, memiliki Tuhan yang terus jadi pohon kekuatan dan pegangan kita…
Dan itu takkan berhenti di satu titik saja.
Dia ada untuk selama-lamanya bagi kita…
#rasa syukur meraja di dada, sambil terus menyadari bahwa begitu lemahnya kita Si Ranting-Ranting Kecil kehidupan ini…

Kupandangi ranting kecil itu. Lagi.
Kali ini rasa syukur mengalir hangat di hati.
Terima kasih, Tuhan.
Engkaulah pokok Anggur dan kami ranting-ranting-Mu…
Jika kami tinggal di dalam-Mu dan Engkau di dalam kami…
Kami akan berbuah…

Ada harapan ketika mengetahui bahwa kita adalah ranting-ranting-Nya…
Terus bersama-Nya.
Terus berbuah di dalam Dia.
Dan terus berbagi kepada sesama kita….

Permenungan ranting yang patah sampai di sini.
Karena di dalam Tuhan, kita bukan lagi menjadi ranting yang patah.
Melainkan terus berbuah. Bersama-Nya.

Tinggallah di dalam Aku  dan Aku di dalam kamu.  Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,  sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
--- Yohanes 15:4-5

08.04.2013
fon@sg
* inspirasi dari ranting-ranting yang patah yang kujumpai sepanjang perjalanan mengantar-jemput anak kami. Thank God for this inspiration!

Monday, April 1, 2013

A Visit to Chiropractor




CHIROPRACTIC adalah suatu metode penyembuhan berbagai macam kondisi tubuh yang menggunakan tangan dengan cara menghilangkan “subluxation” (perubahan posisi ruas-ruas tulang belakang) yang mana dapat mengakibatkan gangguan pada aliran sistem saraf tubuh. Pengobatan secara Chiropractic membantu meluruskan persendian antara tulang belakang dan tubuh. Dengan menghilangkan tekanan yang mengganggu aliran sistem saraf, pengobatan Chiropractic membantu tubuh menyembuhkan diri sendiri dan berfungsi optimal. (sumber: dari internet search).

***

Akhir tahun 2012 lalu, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi klinik Chiropractor di sini…
Kondisi lower back pain (sakit pinggang bagian bawah) yang saya rasakan semakin mengganggu dan suami pun menyarankan saya untuk mencoba ke Chiropractor (sebutan untuk dokter ahli Chiropractic).
Ada beberapa dugaan mengapa saya mengalami sakit pinggang, di antaranya saya pernah jatuh saat menggendong anak kami yang pertama dan itu sudah sekitar 4-5 tahun lalu kejadiannya.

Setelah melakukan internet survey terhadap banyak Chiropractor clinics, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada sebuah klinik yang tidak memaksa pasiennya untuk membeli paket seharga ribuan dollar seperti kebanyakan klinik lainnya.

Singkat cerita, setelah datang sekitar 8 kali saya pun mengalami kesembuhan. Nyeri di pinggang berkurang jauh dari pertama kali saya datang. Dan ajaibnya lagi, Chiropractor saya menemukan adanya kesalahan juga pada posisi leher saya, yang mengakibatkan saya sering sakit kepala.
Sungguh luar biasa cara-Nya menggiring saya menuju klinik tersebut, sampai saya merasakan kesembuhan dari kondisi-kondisi yang sakit di tubuh saya…

Di klinik Chiropractor itu saya mengalami hal sebagai berikut: posisi-posisi yang kurang benar, dibetulkan. Meminjam istilah teman saya badan ini di-kretek-in (bunyi kretek-kretek atau krek-krek, tapi minus patah tulang tentunya:)). Juga kesakitan yang sudah lama saya derita, disembuhkan…

Teringat saya akan perjalanan saya berjumpa dengan Yesus…
Tanpa survei, tanpa cara macam-macam, Yesus datang dan menyapa hidup saya di tahun 2000 lalu. Saya dibaptis secara Katolik dan menjadi pengikut-Nya.
Banyak yang salah dari diri saya ketika itu, bahkan sampai hari ini pun setiap hari adalah hari baru untuk hidup lebih benar di dalam-Nya. Berjalan menuju kebenaran sejati, Sang Jalan yang Terutama, yaitu Kristus sendiri…

Kesakitan-kesakitan (baca:luka-luka di hati saya) Dia sembuhkan dengan kasih-Nya…
Walaupun belum total, tetapi saya sungguh merasakan kasih-Nya itu di retret-retret yang Dia berikan kesempatan untuk saya ikuti…
Saya menjadi manusia yang baru di dalam Dia…

Banyak sikap hidup lama yang kurang baik, hidup saya yang melengkung sana-sini- yang bengkok, perlahan dibenahi di dalam Dia…
Tentu saja proses ini belum selesai…
Seumur hidup saya, seumur hidup kita, Dia akan terus menegur dan membetulkan kesalahan langkah saya…
Juga akan terus menyembuhkan luka-luka batin saya, selama saya membuka diri dan berkeinginan kuat untuk sembuh…
Karena setiap harinya mungkin terjadi luka-luka baru
yang tidak terhindarkan dalam hidup ini…
Sungguh saya butuh Engkau, Tuhan…

Puji syukur hanya kepada-Mu…
Tiada yang seperti Engkau, Tuhan…
Bagiku, Engkaulah Chiropractor di atas seluruh ahli Chiropractor di dunia…
Yang meluruskan jalanku…
Yang menyembuhkan sakitku…
Engkaulah sungguh Sang Penyembuh…

Kunjungan ke klinik Chiropractor itu membukakan mata saya sekali lagi akan peranan Kristus di dalam hidupku…
Bersyukur sepanjang hidupku atas hadir-Mu di setiap langkahku…
Sekarang dan selamanya…
Sampai keabadian…

April 01, 2013
fon@sg
  • inspirasi dari kunjungan di Klinik Chiropractor. Thanks to You, Jesus!