Saturday, January 2, 2010

Open Widely, Please!



Kubuka mulutku untuk kesekian kalinya. Menganga selama satu jam bukan pekerjaan mudah. Apalagi bila tujuannya adalah mengorek tambalan lama gigiku dan menambalnya dengan yang baru. Sakit, capek buka mulut terus, tersiksa, semua jadi satu. Apalagi seruan dokter gigi yang notabene adalah Orang Vietnam ini yang terus berucap lebih dari sepuluh kali, “ Open widely, please!“

Hiks! Dokterrr, andai saja kau tahu, aku sudah berusaha membuka selebar-lebarnya. Selebar yang aku bisa. Tapi memang menggali itu melelahkan. Menggali luka lama di gigiku memang menyulitkan. Namun, kalau tujuannya untuk sembuh? Mengapa tidak?

Di ruang dokter gigi itu, aku malah teringat kejadian-kejadian di retret yang kuikuti. Seberapa sering, retret itu, terutama retret berjenis luka batin, bertujuan untuk menggali kembali luka lama dan menyembuhkannya. Karena hanya dengan menggali kembali luka itu, menghadapinya, dan meyakini bahwa dalam detik itu pun Tuhan Yesus ada bersamaku, di situlah baru aku akan sembuh. Saat itulah akan ada keyakinan baru bahwa aku sembuh!

Proses menggali memang amat menyakitkan. Seperti yang kualami pagi ini, melelahkan. Di sore harinya pun, setelah tidur siang, sakit itu masih terasa. Tak jelas apakah masih dari ngilu dan nyerinya gigi atau malah dari capeknya membuka mulut tanpa henti selama satu jam. Mungkin juga gabungan keduanya? Masih belum terlalu jelas bagiku. Ke dokter gigi pun memiliki kemungkinan bahwa hasil pekerjaannya kali ini belum sesuai, belum baik, jadi aku harus kembali ke dokter gigi lagi. Apa boleh buat, untuk sembuh mungkin harus berhadapan dengan berkali-kali proses penggalian. Bukan melulu di dokter gigi, di dokter mana pun ketika mengalami sakit yang parah, mungkin kedatangan kita kepada Sang Dokter harus berkali-kali. Mungkin sampai puluhan kali, sampai kita betul-betul sembuh.

Di saat menuliskan hal ini, aku teringat bahwa Yesuslah Sang Penyembuh, Tabib Sejati yang mampu menyembuhkan semua luka kita. Syaratnya adalah kita pun mau sembuh. Sering kali Yesus sudah ingin menyembuhkan, tetapi kita terlalu terpaku pada masa lalu, tak ingin mengampuni, terlalu mendendam. Jadi, dengan kondisi hati yang seperti itu, akankah kita sembuh?

Mungkin, di saat Yesus dan tuntunan Roh Kudus turun tangan, yang harus kita lakukan adalah membuka hati selebar-lebarnya demi bebasnya gerakan roh Allah bekerja dan menyembuhkan. Memberikan keleluasaan akan tangan-tangan ajaib Allah untuk menggali semua masa lalu yang penuh luka dan membalutnya dengan kasih-Nya. Yang perlu kita lakukan hanyalah bekerja sama dengan-Nya.

Gigi saya tak mungkin ditambal ketika saya tak membuka mulut saya. Dengan mulut yang terkunci rapat, apa mungkin Sang Dokter mengobati saya? Kerja sama dari pihak saya berupa percaya pada Sang Dokter dan membuka mulut saya. Itu bagian saya. Sisanya, saya biarkan Sang Dokter bekerja, karena saya yakin dia ahlinya.

Perbandingan ini, ketika saya bawa kepada masalah luka di hati kita dan Tuhan sebagai Penyembuh Sejati akan mirip-mirip juga. Ketika Tuhan mau mengobati kita, yang harus kita lakukan membuka diri kita seluas-luasnya. Dan percaya Tuhan akan sembuhkan. Saya percaya dan berusaha untuk sembuh dengan mencari wajah-Nya, ingin dekat dengan-Nya, ke ruang praktek Maha Kudus-Nya. Dan mulai membuka hati saja seluas-luasnya. So, apa yang perlu dilakukan?

Open widely, please! Open your heart as wide as possible. As wide as you can. And trust Him that He’ll heal us.”

Really, all we need to do is just believe!

So, have you done it? If you haven’t let’s do it now… Undang dia ke dalam hatimu, datangi ruang praktek Maha Kudus-Nya, percayakan hidupmu pada-Nya. Lalu, buka hatimu lebar-lebar dan biarkan Roh Kudus bekerja.

‘Open widely, please!’ :)

HCMC, 3 January 2010

-fon-

* pengalaman ke dokter gigi di pagi ini…Thank God for opening my eyes and my heart widely to this experience! :)

sumber gambar:

http://www.justjeremys.com/images/lg_jesus_hugging.jpg

No comments:

Post a Comment