Thursday, February 16, 2012

The Whole Truth and Nothing but the Truth



Rihanna sedang meliuk-liukkan tubuhnya dengan lagu yang luar biasa enak buat goyang-goyang. Keren kata banyak orang. We found love. Bergema di saluran musik televisi yang konon kabarnya untuk orang muda. Segmen pemirsanya antara 12-34 tahun. Saya suka mendengar lagunya, tetapi ketika melihat video klipnya, Oh My God! Rasanya jengah. Anggaplah saya orang Timur yang masih memegang adat ketimuran, tetapi video klip Rihanna itu sulit bagi saya untuk menerimanya apalagi jika berpikir video itu ditonton oleh anak saya yang masih berusia sekitar 5 tahun yang misalnya tanpa sengaja memindahkan ke saluran itu dengan remote yang sudah fasih dipencet-pencet olehnya. Tak terbayangkan!

Videonya menampilkan Rihanna mendapatkan cinta (pacar, seks bebas, narkoba, rokok) di tempat yang tanpa harapan. We found love in a hopeless place adalah lirik yang terus didengungkan sepanjang lagu tersebut. Itulah interpretasi oleh sutradara video klip yang kita bisa saksikan di youtube ataupun di saluran musik mana pun. Saya hanya membayangkan (sekaligus menyayangkan) apabila yang menyaksikan adalah anak-anak di bawah umur, masih muda belia, anak-anak muda yang tidak kuat secara iman, tidak tahu, tidak mengerti… Akankah mereka secara bijaksana mengkaji, bahwa itu bukanlah cinta sejati? Atau malahan mereka akan terprovokasi oleh video-video semacam itu (juga dari artis-artis lainnya seperti Katy Perry dengan The One that Got Away, atau video-video artis mancanegara lainnya yang sungguh memprihatinkan karena menampilkan cinta (baca: keintiman) semasa berpacaran). Tidaklah mengherankan, jika itu yang terjadi, begitu mengejutkan pula hasil survei yang didapat sebagai berikut:

Hasil survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2008 di 33 propinsi mengenai perilaku seksual remaja masa kini menyebutkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, meraba alat kelamin atau melakukan oral sex, 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan lagi dan 21,2% remaja SMP dan SMA pernah melakukan aborsi.

Jujur saja, hati saya menangis ketika membaca hal ini. Belum lagi memikirkan nasib anak-anak kami, dua princess di hati kami yang keduanya perempuan. Mereka akan menjadi remaja dalam 5-10 tahun ke depan. Dan jika ini adalah gambaran yang terjadi di masyarakat Indonesia saja saat ini, bagaimana dengan masa depan mereka nanti? Saya kira, walaupun tak terucapkan, banyak orangtua akan merasakan perasaan yang sama dengan saya. Tidak ada jalan lain, selain memberikan modal pengetahuan dan terus mendoakan mereka. Anak-anak kita. Yang dalam konteks yang lebih luas, adalah generasi muda harapan bangsa. Tentu saja, tidaklah menjadi sesuatu yang membanggakan misalnya menjadi ibu di usia 16 tahun. Mom at 16, yang kemudian dibukukan dan didokumentasikan oleh MTV, semisal kisah Ashley Salazar Bittersweet Blessing: 16 & Pregnant. Begitu banyak yang harus dipikirkan, dikorbankan, menjadi orangtua di usia sebegitu muda… Ya, Tuhan… Kasihanilah…

Juga info dari Badan Narkotika Nasional (BNN) sehubungan dengan peningkatan pengguna narkoba, agaknya cukup membuat kita mengerutkan kening:

Disampaikan Kepala BNN Gories Mere dalam sambutannya di Hari Anti Narkotika Internasional (HANI), dalam survei BNN sejak tahun 2009, prevalensi penyalahgunaan narkoba pada tahun 2009 adalah 1,99 persen dari penduduk Indonesia berumur 10-59 tahun atau sekitar 3,6 juta orang.

Pada tahun 2010, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,21 persen atau sekitar 4,02 juta orang. Pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan meningkat menjadi 2,8 persen atau sekitar 5 juta orang.

Dan kemungkinan penggunanya pasti lebih banyak lagi, yang belum tersurvei.

Menghadapi kenyataan yang sedemikian mengkhawatirkan, apakah kita harus tinggal diam? Tentu saja tidak! Sebuah buku kecil yang inspirasional dan membukakan mata kita hadir sudah. You Deserve the Truth. Sebuah rangkaian ceramah dari True Love Celebration (TLC) di tahun 2010 semoga bisa menjadi jawaban atas segala keresahan kita. Dengan berani TLC membongkar kenyataan yang sesungguhnya, bukan berdasarkan apa yang ditawarkan dunia. Bersumberkan Theology of the Body (Teologi Tubuh) yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, seolah menjadi suatu oase yang menyegarkan. Memberikan ketenangan di tengah dunia yang sungguh berantakan.

Oleh media tertentu, seks telah dimanipulasi. Seks oleh pihak-pihak tertentu, seperti pemilik majalah Playboy –Hugh Hefner telah dikacaukan dari artinya semula. Simak apa kata Riko Ariefano tentang seks di buku ini.

Orang suka bilang seks enak, saya bilang gak enak. Yang enak itu makan sate kambing. Orang suka bilang seks seru, saya bilang gak seru. Piala dunia itu baru seru. Seks bukan sekadar enak atau seru. Sex is holy, bukan sekadar masalah enak atau seru karena waktu suami dan istri melakukan hubungan seks ini adalah peristiwa mewujudnya janji di atas altar. Cowok janji bakal sayang dalam sehat, senang dan sukses, cewek bilang aku cinta kamu..bla bla bla. Seluruh janji di atas altar hanya kata-kata, tapi waktu memberikan diri secara utuh dalam pernikahan janji ini mewujud dalam hubungan seks suami istri, sehingga seks menjadi perwujudan total pemberian suami dan istri, seks menjadi perwujudan tanda cinta kasih.

Bersama Romo Deshi Ramadhani SJ, Yurika Agustina, juga Lia B. Ariefano, Riko dan para pembicara lainnya menginspirasi saya. Yang sudah lama ‘ketinggalan kereta’ akan perkembangan pengajaran-pengajaran terbaru karena berada jauhhh di negeri yang berbeda. Yang juga rindu akan kebenaran-kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang memerdekakan untuk bekal diri, juga untuk anak-anak kami di masa depan nanti, dan secara lebih luas tentunya untuk generasi muda kita di masa-masa mendatang.

Teologi tubuh adalah jawaban, di tengah dunia yang menggembar-gemborkan hal-hal yang keliru seputar seks, pornografi, masturbasi, juga relasi antara suami-istri yang seharusnya loving instead of using (mencintai dengan tulus, bukan ‘memakai’ untuk kepentingan pribadi). Chastity (kemurnian) adalah hal yang harus dijaga, dipersembahkan kepada pasangan kita sesudah menikah. Bukan menjadi ajang uji-coba semasa pacaran. Terus berupaya untuk menjaga kekudusan di tengah dunia yang menawarkan sejuta godaan. This is the answer for a better generation in Christ!

Dunia butuh pembebasan. Dunia butuh kebenaran. Kebenaran utuh, yang sesungguhnya… The whole truth and nothing but the truth, bersumberkan kepada mengembalikan tubuh kepada konteks penciptaan Allah sejak semula. Bahwa semua diciptakan baik adanya bukan kemudian dimanipulasi untuk keuntungan pihak-pihak tertentu. Semisal pemilik situs pornografi atau pemilik majalah porno. Bukan untuk mereka!

Buku kecil yang berefek raksasa bagi saya ini, semoga bisa memberkati pula banyak orang. Sungguh membukakan mata dan mengubahkan persepsi saya pribadi. Highly recommended untuk setiap insan yang rindu akan kebenaran. Karena We deserve the truth! The whole truth and nothing but the truth!

Ho Chi Minh City, 17 Februari 2012

-fon-

* Terinspirasi buku You Deserve the Truth, Flamma, Domus Cordis, 2011 yang baru selesai saya baca semalam. Small book with a giant inspiration to change perspective and create a better world for our future generation. Acungan jempol buat Domus Cordis, Riko and team, may God bless your ministry abundantly. Amen.

No comments:

Post a Comment