Sunday, April 22, 2012

Peace be with You




Bagian salam damai di misa terasa ringan hari ini. Memandangi kiri-kanan, sebagian orang Vietnam, mereka yang berambut pirang dan Filipino di Saigon Notre Dame Cathedral ini, begitu mudah bagiku untuk bilang ‘Peace be with you’. Damai Tuhan bersamamu…

Senyum ke mereka, tanpa jabat tangan. Karena di Vietnam sebagaimana di Singapura, kebiasaannya hanyalah menganggukkan kepala penuh hormat, tanpa jabat tangan yang hangat. Tetapi, tak mengapa senyumku masih meriah. Sumringah. Damai Kristus kubagikan padamu, wahai saudaraku. Mudah, karena mereka tak pernah menyentuh hidupku. Kita hanya jumpa di sini, detik ini, hari ini. Kemudian? Aku tak tahu.  Hanya sampai di situ.

Imajinasiku mengajakku terbang sebentar saat itu.
Kubayangkan di sebelahku, kanan-kiriku penuh orang-orang yang pernah secara sengaja ataupun tidak melukai hatiku. Ada Si Agus yang berubah sombong dan jadi sering menghina teman-temannya termasuk diriku, ada Si Vitria yang sering bergosip tentang aku, ada saudara dan kerabat yang sering menyakiti hatiku. Tiba-tiba aku terdiam… Mampukah aku masih mengucap salam damai tanpa beban, seperti yang baru saja kulakukan kepada orang-orang yang tak kukenal?

Masih dalam diamku, aku berbisik kepada-Mu.
Aku tahu, Tuhan… Aku takkan pernah mampu jalan sendiri…
Aku butuh bantuan-Mu dan kasih-Mu untuk melakukan semuanya itu. Tetapi, sebagaimana kusadari tak sempurnanya diriku, aku pun bisa menjadi orang yang menyakiti orang lain, disengaja maupun tidak…
Maka, Tuhan…
Aku berdoa dan memohon kepada-Mu…
Semoga kasih-Mu membalut luka hatiku. Tak kupungkiri, aku pernah bahkan sering terluka… Tetapi, aku pun sadari, kasih-Mu tak pernah kering bagi mereka yang selalu mencari wajah-Mu…

Seandainya di misa hari ini ada Si Agus, Si Vitria, dan Si Oom dan Tante kerabatku yang sering melukai hatiku…
Aku takkan sombong dan bilang aku pasti bisa bersalam damai dengan mereka. Karena kalau pun aku bisa, itu pasti hanya pura­-pura kuat. Agar aku tak terlihat lemah. Tetapi, hanya dengan mengandalkan kasih-Mu dan menyerahkan seluruh luka di hatiku… Kubiarkan Engkau yang membalut lukaku, memelukku, dan membangun kembali kekuatan itu…
Dengan cinta-Mu…
“ Aku bersamamu, anakku…” Bisik-Mu di telingaku…

Aku mau memaafkan mereka, Tuhan.
Walaupun mereka sudah begitu menyakitiku….
Aku mau sembuh di dalam-Mu…
Aku yakin, selalu ada peluang untuk itu
bersama-Mu…

Salam damai bagimu yang pernah menyakiti aku
(ataupun yang pernah kusakiti, maafkan aku).
Aku tak selalu mampu untuk bangkit dari lukaku.
Tetapi kupercaya,  selagi ada keinginan kuat dalam hatiku
Biarkan aku terus berusaha dan mencoba, sekaligus percaya…
Di dalam Tuhan selalu ada harapan baru.


HCMC, 23 April 2012
-fon-
* kesamaan nama hanyalah kebetulan dan tidak disengaja. Mohon maaf sebelumnya…J Pisss donk ahhh…J

No comments:

Post a Comment